Foto : MizzYani |
Aku menemukan diriku belakangan kehabisan energi. Laju kehidupan menuntut diri bergegas dari satu jalur menuju jalur berikutnya. Bahkan memperoleh jeda di antara semua keriwehan demi bertahan hidup adalah hadiah mewah yang tak ingin kusia-siakan.
Mencintai diri sendiri kerap kali dilabeli egois. Padahal, yang mereka perlu pahami dapat mencintai dengan tulus dan menjalani hidup dengan sukacita dan penuh syukur hanya dapat diperoleh setelah mengutamakan pemenuhan bagi diri sendiri yaitu waktu untuk diri sendiri. Dapat bernapas dengan tenang. Berpikir leluasa tentang pencapaian dan tujuan hidup.
Menurutku, sebelum baik pada orang lain, haruslah lebih baik pada diri sendiri. Berbelas kasihan pada diri sendiri. Menepilah saat lelah melanda. Menetapkan batasan jelas kapan harus berkata ya dan tidak.
Baru-baru ini, aku menetapkan batasan jelas. Dan sama sekali tidak ada penyesalan. Pemulihan energiku menjadi prioritas. Pada akhirnya, aku hanyalah manusia biasa dengan semua ketidaksempurnaan yang kuterima dengan lapang.
Menaruh ekspektasi pada orang lain sungguh tindakan tidak bijaksana. Siapa yang menjamin hatimu takkan tergores kecewa ?
Berbuat baiklah karena fitrah kita sebagai manusia. Namun, bila suatu saat, kebaikan kita tak berbalas, ya tidak apa-apa. Milikilah hati yang senantiasa lapang. Kurang-kurangi mendramatisasi kehidupan. Hidupmu ya hidupmu, jangan bebankan tanggung jawabmu pada orang lain. Itu bukan tugas mereka dan bukan kewajiban mereka untuk memenuhi tuntutanmu.
Sebelum amarah meletup-letup, redakan sejenak untuk mengingat seberapa banyak kebaikan dan ketulusan yang pernah kauterima
Komentar
Posting Komentar