Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Sabtu Seru di Istana Basa Pagaruyuang

Toleransi saya kepada rutinitas sifatnya berbatas. Kesibukan yang menyita waktu dan menguras tenaga membuat saya dipaksa pasrah. Liburan yaaa mager di kasur. Baca tumpukan novel. Atau nyanyi-nyanyi gak jelas. So far berhasil bikin saya punya pandangan positif.  Akh ... sepandai-pandainya mencari celah toh pada akhirnya ada batas toleransi juga. Ada hal-hal yang keburu kadaluwarsa. Sambil merenung, tercetus ide di kepala. Weekend saya akan coba solo traveling. Itung-itung uji nyali. Hmmm ... tempatnya nggak usah terlalu jauh dari kota Bukittinggi.  Karena untuk pengalaman pertama resiko kesasar seorang diri perlu diperkecil. Tergambar dan seyakinnya saya akan ke tempat itu. Dulunya pernah ke sana tapi barengan teman-teman. Keasyikan ngobrol membuat abai pada sekitar. Dan itu sering banget kejadian. Anggaplah ini semacam pengulangan kisah. Saya tentu ngumpulin informasi dan tanya sana sini. Nggak sabaran rasanya untuk memulai perjalanan. Mendapati diri di tempat yang sama sekali asing.

Untuk Perempuan

Ia samar namun membayangi, ada dalam setiap tarikan nafas dan kemana kaki melangkah.  Ia menjelma doa-doa dalam badai perasaan. Ia yang terkadang coba ditepis namun tak terkikis. Satu dua potong kisah yang masih melekat cukup jadi pengingat bahwa ia ada meski tiada. Untuk perempuan tempatku sembilan bulan bernaung sebelum mataku melihat dunia Untuk perempuan dengan satu dua kenangan Untuk perempuan yang kisahnya menjadi ninaboboku Untuk perempuan yang sempat dan pernah kurindukan Untuk perempuan yang tidak pernah seutuhnya bersamaku Untuk perempuan dalam ketiadaanya Untuk perempuan yang mengenalkan apa itu perpisahan Untuk perempuan itu terima kasih sudah pernah ada meski tak lama meski tiada

Menapaki Gunung Marapi

Panjang malam terasa. Udara nan dingin. Pakaian basah kena rembesan hujan serta keringat yang mengucur. Menggigil menyambut malam itu di cadas gunung Marapi, 2891 mdpl. Petikan dawai gitar. Nyanyian suara-suara manusia gunung. Obrolan serius atau sekedar kelakar. Sambil memicing mata, meredam gigilan namun gagal. Kualihkan pikiran. Mencoba mengingat perjuangan untuk sampai ke cadas. Hmmm ... dalam keadaan terjepit. Manusia sungguh akan berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Sebelum itu saya hanya punya dua pilihan. Menyerah kalah dengan catatan ngerepotin dan ngeselin mereka yang sudah bersedia menemani. Atau terus melangkah. Mengkuatkan hati. Menyemangati diri sendiri. Dan memelihara pikiran positif. Alhamdulillah ... Allah memberkahi setiap langkah. Meneguhkan hati ini. Padahal, jauh di lubuk hati kepengen nangis. Pengen teriak  udahan ajaaa ... Kesel campur bete tiap kali jawaban yang saya dapat dua  kelokan lagi. Namun, sepanjang jalan di pendakian itu, saya ketemu banyak ora

Menapaki Gunung Marapi part 2

Kisah mendaki gunung marapi untuk pertama kalinya membekas di ingatan. Banyak pelajaran-pelajaran tentang hidup saya temui. Barulah saya menyadari bagaimana perjuangan tanpa kenal lelah itu. Untuk satu tujuan puncak gunung marapi. Saya si pemula yang nggak patut ditiru sih. Tanpa persiapan.  Serba ala kadarnya. Saya nggak sempet olahraga supaya stamina terjaga. Makan juga nggak banyak. Bekal ke marapi pop mie dua biji dan empat bungkus roti. Alas kaki pake sepatu santai dan sendal jepit buat jaga-jaga. Outfit baju kaus sama cardigan hitam plus celana jeans. What??? Celana jeans ? Haha silahkan ketawain betapa bodohnya saya. Kadar kenekatan saya melonjak tinggi. Anggaplah efek kelamaan nungguin kesempatan. Semesta pun mengirim pertanda. Seperti saya yang tanpa sengaja nemuin grup ikatan pendaki gunung di facebook. Lama mengamati. Dan voilaaaa ... Lusiana namanya. Ia memposting bahwa sabtu sore akan mendaki gunung marapi. Saya pun membuka profilnya. Dan saya tanpa pikir panjang menulis

Menapaki Gunung Marapi part 1

Pernahkah kamu didera bimbang dan diterpa ketakutan hebat? Padahal ia adalah apa yang kamu ingini dan kamu impikan sejak lama. Pagi, siang, dan malammu habis merayu Rabb. Meminta kemurahan dan kuasanya agar membukakan jalanNya. Kesempatan itu akhirnya datang. Setelah menunggu terlalu lama. Saya memilih tetap percaya, memupuk sabar, dan menyalakan api impian itu. Entah bagaimana caranya saya harus ada disana. Bukan main perang batin. Benarkah ini ? Bagaimanalah nanti disana? Apakah saya akan baik-baik saja? Suara-suara baik datang. Meredakan takut. Memupus gelisah. Suara-suara baik itu berkata, sekaranglah waktumu. Inilah saatnya. Ayunkan langkahmu. Kuatkan hatimu. Bukankah kamu sudah demikian sabar menanti datangnya kesempatan ? Dua belas tahun itu bukan waktu yang singkat. Bismillah. Setelah sebelumnya setelah shalat dzuhur, saya larut dalam doa nan panjang. Memohon pada pemilik tubuh ini untuk selalu menjaga dan melindungi langkah kecil rapuh saya. Awal April nan mendung kelabu,

Penghujung Oktober

Selamat sore menjelang senja. Bagi kami yang terkungkung asap kebakaran hutan selama beberapa bulan, guyuran hujan nan menderas adalah kado paling manis. Doa-doa kami pun terjawab di penghujung Oktober. Kami rindu langit biru. Parodi awan-awan lucu menggemaskan. Kami rindu melihat dengan mata jernih. Tanpa selubung kabut. Sudah cukup nafas kami dibikin sesak. Sudah cukup aktifitas kami terbengkalai. Sudah cukup rentetan tragedi yang memilukan hati.Kami rindu bermain bebas tanpa perlu didera cemas pada udara yang kami hirup. Tuhan tahu tapi menunggu. Menunggu kami manusia-manusianya untuk kembali sadar. Bahwa semua pun mengenal batas. Ketamakan dan rasa tidak puas hanya mengundang lara. Terima kasih Rabb, penghujung oktober kami dekap penuh haru.

Bibit Nyebelin

Jam tiga pagi, perut saya kepanasan, lambung saya tepatnya. Berusaha masa bodoh dan tetap selimutan gelisah. Bolak-balik kiri kanan. Akh .... saya menyerah. Percuma memilih berbaring slimutan. Toh, perut kepanasan terkutuk ini takkan bersedia kompromi. Jadi, saya terbangun satu jam lebih awal. Tak apalah. Saya bangkit dan duduk di kasur. Saatnya ritual pengumpulan roh. Ini penting. Biar mood saya selalu kece badai. Aiiih.... Tenangin diri. Tarik nafas dalam-dalam. Senyum manis. Owkay .... saya sibakkan selimut. Berdiri dan nyalakan lampu. Benda pertama yang saya cari tergeletak anggun di atas meja, masih tersambung charger. Well, ada berita seru apakah di timeline Twitter saya ? Atau pesan-pesan yang tak sempat terbaca. Karena saya memilih memejam lebih awal. Notifikasi pertama datang dari BBM. Ada beberapa yang masuk. Salah satunya balasan dari salah seorang teman. Oiya, saya paling benci disuruh nunggu lama. Tanpa membuang waktu handphone saya nonaktifkan dan terbang landas menuj

Lembah Harau dan Tawa Riangnya

Tiba sudahlah di Lembah Harau. Kesorean tak menyusutkan semangat. Langit di Lembah harau memendung. Semacam pertanda hujan segera bertandang. Tanpa buang waktu saya dan teman-teman memacu langkah kaki penuh semangat menuju air terjun. Dona bilang ada lima air terjun di Lembah Harau. Tiga air terjun yang berhasil kami datangi saling berdekatan. Cuma jalan beberapa langkah kaki. Hati riang. Tawa lepas. Beban seolah tiada. Berdelapan kami gila-gilaan menghabiskan hari sampai senja datang. Hari yang indah. Bersua teman-teman lama. Seperti memutar memori masa lalu kala berseragam abu-abu. Kita pernah tertawa lepas bersama dan sekarang pun masih dan semoga jalinan rasa hangat tetap terjaga. Sebelum Lembah Harau hilang dari pandangan. Bulan bulat penuh menggantung diantara tebing-tebing. Terpukau nian saya. Tak henti mengucap syukur. Sebuah kado perpisahan paling manis. Lembah harau penuh arti. Istimewa di hati. Salah sekian hari yang paling berharga yang akan selalu saya ingat baik-baik

Lembah Harau : Semacam penebusan dosa

Dulu sekali ketika masih jadi katak dalam tempurung. Hmm bener gini ndak sih ungkapannya. Bodoamatlah yaaa ... Jaman putih abu-abu lumayan sering traveling. Kala  itu saya ikutan-ikutan doank. Daripada bete melongo ndak kemana-mana. Ada yang ajakin langsung semangat ikut. Fyi, saya malah ndak ngeh sama itu tempat. Belakangan setelah mencoba mengingat-ingat beberapa perjalanan lampau. Omaigaaat bisa yeee dulu saya mpe segitunya. Cuek mah kira-kira euy. Secara sekarang saya sudah lebih aware dan kadar kecuekannya sedikit berkurang. Walau pun belum drastis. Let's say Alhamdulillah ... Prok ... prok .... Tanpa banyak gaya dan banyak tarik ulur. Saya obrolin ke temen-temen dan rembukin bareng buat nemenin saya mengemban misi mulia. Bakda Jumat ngumpul di rumah salah satu temen dari jaman bau kencur.Berangkatlah sesorean nebeng mobil temen. Selama dalam perjalanan saya banyak memilih hening. Sesekali nimbrung dan nyumbang tawa cempreng. Happy kesampean juga ke sana dan barengan tem

Tere Liye dan Bulan September

Apa September kamu sudah ceria seperti judul lagunya Vina Panduwinata? Well, jujur saya malah blom pernah denger gimana September Ceria-Vina Panduwinata, tapi akrab sama judul lagunya setiap bulan September datang. Atau segloomy dan segalau Wake me up when September End-nya Green Day kah kamu ? Bagi saya, September itu full kabut asap. No more blue skies. Buat ngehirup udara bersih aja susah. Kudu pasang masker kemana-mana tapi saya termasuk bandel. Ribet akh masker-masker segala. Tapi, buat yang berada di lokasi kejadian kebakaran hutan wajib hukumnya pasang masker. Berhubung sabtu kemaren itu kabut asap menjadi-jadi disertai angin kencang yang wuuuuus sepoi-sepoi badai. Ndak berani malala. Mingkem jadi anak rumahan sambil selimutan, ngopi, dan baca buku. Hmmm blakangan gegara kerjaan dan pinjam istilah keren sekarang traveling. Salah sekian dari hobi saya kepaksa terpinggirkan. Hidup kan memang kudu milih. Walau kalau bisa seandainya pun pengen banget traveling sambil baca. Tapi k

Kejedot Tengah Malem

Kemarin saya memilih memejam terlalu awal. Suasana kemaren sore nan dingin, so gloomy , huft .. saya berharap hujan turun deras. Sebab kabut asap teramat mengganggu bagi semua panca indera. Dan saya lelah mengingat atau terlarut bersama pikiran-pikiran di kepala tentang beberapa hal. Kesadaran ini baru ngeh ketika hari berubah gelap. Well , ternyata saya terninabobokan suasana. Baguslah bisa tertidur pulas tanpa pikiran-pikiran menggerogoti. I know , saya luar biasa addict sama sosial media. Terbangun tengah malam dan tanpa komando. Jari-jari saya lincah pencat-pencet handphone. Tersedot otomatis ke dalam jejaring media sosial. Beberapa pemberitahuan masuk. Kali ini saya lupa mematikan nada pemberitahuan. Saya mengukir senyum khas bangun tidur. Dering nada demi nada seperti penghiburan dalam suasana malam yang hening . Beberapa pemberitahuan saya lirik tapi tak berkesan. Mungkin saya menunggu sesuatu tapi belum menemukan apa yang sesungguhnya ditunggu. Kesadaran saya belum sepenuhny

Nyarai : Replika Surga di Tanah Minang

Tak ada yang lebih melegakan hati serta pikiran kala menemukan apa yang dituju. Setelah sempat terombang-ambing dari satu jalan ke jalan selanjutnya. Pada akhirnya, impian yang tetap dijaga menuntun kepada tujuan. Siang itu mendekati zhuhur nyampe di pos nyarai. Sebelum menjelajah air terjun nyarai di hutan gamaran kecamatan lubuak aluang kabupaten padang pariaman, kumpul-kumpul dulu nih sembari dengerin briefing singkat dari tim nyarai. Salut mereka kompak banget. Jangan takut mati bosen yaa harus menempuh dua jam jalan kaki. Karena begitu kamu melangkah dan akhirnya ketemu nyarai. Saya ibaratin seperti kamu lagi pesen tiket ngeliat replika surga. Ndak percuma peres keringet. Banting tulang. Ngos-ngosan. So far, buat saya air terjun nyarai adalah yang paling keren. Mendekati surga keindahannya yaaa walopun ndak tahu sih surga aslinya gimana. Tapi, anggap aja lah begitu. Tolong jangan protes dan iyain opini saya. Hehe Ngiri saya liat Bams & Heri. Mereka berdua tuh komplit menge

Pertanyaan Kesiangan

Pertanyaan itu kau ajukan. Tepat ketika isi kepalaku tengah menjelajah imaji. Siang yang lain dari biasanya. Belakangan kita termasuk jarang mengumbar isi hati. Rutinitas pekerjaan,  masalah hidup, atau petualangan demi petualangan. Kita sempat terlena dalam semua. Sampai kau bertanya dengan polosnya, kenapa mau-maunya berteman denganmu? Berulang-ulang kau keluhi tentang betapa tidak menariknya dirimu. Kau tidak segegap-gempita kembang api. Kau menyebut dirimu hening. Larut dalam kata-kata yang tertahan dalam hatimu sendiri. Beberapa menyalahi sikap hening dan diammu. Akh ... tak usah pula kau pusingkan. Hiduplah dengan caramu. Bahagialah dengan apa yang kau punya. Banggalah dengan dirimu. Jangan bebani harimu dengan bayang-bayang. 'Cause a friend is someone who gives you total freedom to be your self'. Tak perlu menjadi kembang api kalau  memanasi tiap sela jarimu. Heningmu adalah pelengkap kenapa ikatan bernama pertemanan tercipta.

Nyarai : Petualangan ala makhluk sotoy nan koplak

"Ke nyarai aku kan kembali   Walau apa pun yang kan terjadi"  Plesetin dikitlah. Saking lamanya saya lupa kapan tepatnya petualangan ke Air terjun Nyarai. Maklumlah, memori saya mendekati soak parah. Huft ... Critanya lagi iseng ngecek beberapa photo di gallery handphone. Nah, ketemu beberapa photo cakep air terjun Nyarai. Kerinduan pun menyeruak. Nggak bisa dipendam-pendam lagi. Nyaraaaai kangen. Kapan yaaa bisa kesana ??? Well, mari menulisi kenangan demi kenangan tentang Nyarai. Perkenalan pertama nan penuh kesan. Saya nggak percaya sama 'love at the first sight'. Buat saya untuk jatuh cinta harus pake proses. Nyarai mempesona saya sejak awal. Well, saya tahu air terjun Nyarai dari obrolan temen. Nggak sempet ngecek tempatnya kayak apa dan gimana di sono entar. Pokoknya, mau ke Nyarai biar kayak orang-orang. Hadeuuuuh niatnya mulia amat hehe Rencana pagian berangkat dari Bukittinggi.  Tapi, apalah daya selagi berdomisili di Indonesia maka kejamkaretan harus

Nyarai dan Impian yang Kembali Hidup

Inilah perjalanan. Inilah petualangan. Latihan untuk hal-hal hebat yang ingin saya tempuh. Tidak tahu seperti apa tantangan di depan sana. Saya lebih senang membutakan mata dan menulikan telinga. Perasaan berdebar-debar itu melahirkan sensasi bahwa saya hidup. Terkadang kita terlalu sibuk dengan segala rutinitas. Lupa menengok ke dalam diri. Malas mengajaknya bercengkrama. Tidak yakin serta terlanjur ketar-ketir mewujudkan impian-impian kecil. Parah .... yah separah itu. Impian berpetualang masuk hutan hanya sanggup saya bayangkan. Tidak berani dan memilih memendam. Dulu kadar nekad saya masih rendah. Kebanyakan mikirnya. Akhirnya nggak pernah kejadian sampai Tuhan membukakan jalan. Tidak pernah terpikir di benak saya kala itu rentetan demi rentetan petualangan mengikuti. Tak berhenti di tempat itu. Jiwa saya menemukan damai. Mendapatkan energi dari alam. Sesuatu yang luput dari kesadaran. Air terjun Nyarai tlah menggetari jiwa. Memberi hidup pada impian yang saya kira mati. Alam..

Tarusan kamang si muka dua

Tarusan kamang, danau bermuka dua. Wiidiiih, namanya serem amat. Iya, suka serem kalau ketemu sifat manusia beginian. Don't worry yaaa Tarusan kamang jauh dari kesan serem kok. Malahan yang ada ketagiham pengen mampir lagi. Tarusan kamang yang berlokasi di Nagari Kamang mudiak, kabupaten Agam lagi happening sih. Entah diobrolan sehari-hari atau di media sosial. Menjamur sekali postingan foto-foto tentang keindahan Tarusan kamang. Katanya kalau mau ke Tarusan kamang, buat kamu yang pengen ngerasain sensasi berakit-rakit ria persis dalam adegan film 'Tenggelamnya kapal Van der Wijk' wajib datang pas musim hujan. Keren lah pokoknya. Dan alhamdulillah saya beruntung ngerasain sensasi tadi. Naik rakit trus nyebrang ke pulau gitu yang dipenuhi rerumputan hijau. Nah, emang kenapa coba Tarusan kamang di musim kemarau ? Kenapa coba saya ngewanti-wanti dateng pas musim hujan? Begini ceritanya yaaa mohon disimak. Tarusan kamang si muka dua uniknya persis bunglon. Punya dua kepribad

Weekend nyantai di Tarusan Kamang

Weekend itu paling seru yaaa jalan-jalan. Menjauh sejenak serta keluar menemui tempat-tempat baru semacam refreshing otak. Mumet sekaligus jenuh parah yang kerap kali mampir butuh dilenyapkan. Tak harus jalan-jalan ke tempat jauh kalau dana sama waktu sedang bersebrangan. Menghabiskan weekend di taman kota atau iseng mengeksplorasi objek wisata dimana kamu berada patut dipertimbangkan. Sekedar duduk. Mengamati manusia berlalu-lalang. Menyesap cappucino cincau. Atau ngobrol ngalor-ngidul sama temen. Itu saya sih. Weekend yang tidak kehilangan makna serunya. Tapi, sesekali saya pengen nyobain sesuatu yang baru. Keluar dari kebiasaan weekend santai tadi. Sudah kenyang dengan ritual duduk santai, ngobrol ngalor-ngidul, menyesap cappucino cincau di pelataran jam gadang menjelang maghrib. Mengitari pasar atas juga keburu sakit mata. Atau dijamu jenuh menjabani ngarai sianok serta great wall atau janjang saribunya. Saya beneran butuh pemandangan baru bagi sudut pandang baru. Segar dan menyu

Terkenang sesuatu di Puncak Lawang (tamat)

Terbayar sudah segala macam lelah. Penatnya kaki serta jari-jari lecet. Peluh seakan menguap. Panas terik terasa sejuk. Pemandangan di depan mata, hamparan danau maninjau dan langit biru terang yang menaungi di atasnya adalah hadiah dari segala upaya.Masya Allah ... Dan tepat menghadap danau maninjau, saya duduk termenung. Berpikir dalam. Berkelana kian kemari. Menjelajah imaji. Percakapan itu tercipta hanya berdua, saya dan diri sendiri. Senangnya untuk ketiga kali menginjakkan kaki di tempat ini. Kali ketiga dengan perasaan aneka rupa. Kali ketiga dengan orang-orang berbeda. Dan saya bersyukur untuk semua yang pernah dan sudah terlewati. Mata saya pun menatap takjub ke langit lepas. Lihat mereka di atas sana. Terbang bebas ... lepas ... Tunggulah ada saatnya ingin jua mengepakkan diri. Terbang menari bersama kawanan awan. Tak menengadah ke atas tapi menatap jauh dari atas. Ada beberapa permainan seru menguji nyali di Puncak Lawang. Tinggal pilih saja. Dan karena kangen banget pen

Terkenang sesuatu di Puncak Lawang (part 2)

Jujur saya harus geleng-geleng kepala sekalian tepuk tangan buat Dona, si travelmate. Entah pemikiran macam apa yang bersemayam di kepalanya kala itu. Dua jam perjalanan menempuh puncak lawang dari pasar Matur. Bukan karena ndak punya duit. Kebetulan dana kami cukup berlebihlah. Makanya dalam kondisi mepet disempet-sempetin travelling. Dari semalem saya sudah nyiapin ya snack, minuman, outfit juga yang nyantai banget. Di kepala saya tergambar nanti sesampe di pasar Matur lanjut ngojek ke Puncak Lawang. Tapi, kala itu entah Donanya kesambet. Atau saya yang ikutan sableng. Siang itu, kami berhenti di Pasar Matur. Seingat saya naik ojek yaa disekitaran pasar. Ternyata, ndak ada satu ojek pun yang mangkal. Kami putusin menyusuri lokasi sambil berjalan kaki. Berharap di perjalanan ketemu ojek. Tanpa terasa setengah sudah perjalanan. Di bawah panas terik matahari siang itu kami menempuhnya. Muncullah pertanyaan di kepala saya dan tak bisa ditahan. Meluncurlah melalui mulut ini, "Na i

Terkenang sesuatu di Puncak Lawang

Liburan semester kala itu pernah nyaris bikin sebel. Gundah-gulana tiada tentu. Cobalah bayangin nyaris semingguan itu mendekam di kos tercinta. Berkutat bersama tumpukan novel-novel. Berselancar bebas di dunia maya alias ngenet. Rumpi-rumpi sama ibuk kos. Sudah hapal luar kepala kisahnya. Saking keseringan siaran ulang. Sesekali telponan sama sahabat. Atau iseng misscallin bokap biar ditelpon balik. Keadaan seolah tidak berpihak kala itu. Ada benarnya yah ... Kesabaran menerima keadaan yang ndak asyik meluluhkan sang maha. Tuhan bersama anak kos yang mencoba sabar serta tabah ndak bisa jalan-jalan. Ceritanya, sehari menjelang liburan berakhir. Tuhan menghadiahi saya berita baik. Alhamdulillah saya sambut penuh sukacita. Keharuan menyelimuti. Bersyukur Tuhan berkenan mewujudkan doa-doa anak kos yang demikian haus travelling di detik-detik terakhir. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Mulailah otak saya berpikir. Memilah lokasi pas dalam kondisi mepet itu. Puncak lawang ad

Dan kunamai Langit

Mereka bilang kita seumpama bumi dan langit. Aku buminya. Kamu langitnya. Kebiruanmu penenang jiwa. Parodi awan-awanmu mencipta senyumku. Tak selamanya kau membiru. Terkadang kau tunjukkan sisi kelabumu. Suram ... pekat ... Mereka menyebutmu dingin.  Sulit dimengerti. Dan sebagai bumimu, memahamimu lebih adalah kesenanganku. Meski tubuhku kecil ringkih. Aku siap menampung tetes demi tetes bahkan pusaran badai sekali pun yang kau hantamkan. Mereka salah. Langitku tidak sekaku dan sedingin itu. Kita mencipta melodi. Menari bersama hujan. Menertawakan kesedihan. Seluruh deras air mataku terhapus. Aku mencintaimu.  Tak peduli kau biru, kelabu, jingga, bahkan kelam. Sebab langitku tak pernah ingkar janji. Tak sekali pun mematahkan hati. Langitku itu selalu tahu menghiburku. Melalui biru, kelabu, jingga, bahkan dalam kelamnya. Aku bumimu diliputi haru terlingkupi cinta nan melangit.

Bacalah !!!

Bacalah buku ... Cakrawalamu otomatis meluas. Kasihan otakmu jika rasa malas kau sediakan ruang. Ada kalanya, ketika beban dunia menghimpit. Memberati langkah-langkahmu. Memenati daya pikirmu. Bacalah ... Kau kan temukan hidup Tersenyum Tertawa lepas Kadang kala termenung. Membuatmu merenung dalam. Adakalanya jantungmu serasa terpompa. Tolong kuatkan hatimu. Bulatkan tekadmu. Cakrawala imajimu ... sumber geliatmu. Bacalah. Hampiri. Peluk erat. Cumbu mesra ia.

Sendal Ungu Insomnia

Gw cuma punya sepasang sendal. Kesayangan pake banget. Sudah jalan empat tahun kebersamaan kami. Cieee aweeet ♡♡♡ Sendal ungu bapuk paling jauh gw ajakin jalan kaki ke ambacang. Sukses bikin jari kelingking kaki gw lecet. Sejak kejadian itu gw menyadari. Sendal ungu bapuk gw tipe sendal rumahan. Paling jauh harusnya ke warung uni yantie. Gak jauh dari lokasi kosan gw. Maka sendal ungu bapuk kesayangan resmi gak diajakin jalan jauh. Gw kembalikan ke habitatnya. Kamar mandi, tempat jemuran, warung uni yantie dan ampera kamba. Karena hubungan kami yg sudah terjalin demikian lama. Tentu gw memiliki semacam ikatan batin. Seperti malam kamis yang naudzubillah gilanya. Ketika gw keluar kamar mo ke kamar mandi. Ada sesuatu yang janggal di depan pintu kamar gw. Pemandangan tak biasa. Sendal ungu gw gak ada. Raib. Reaksi pertama gw blingsatan panik. Kocar-kacir nyari disetiap sudut. Nyampe bela-belain ke lantai atas. Ngedumel kesel. Ya iyalah kesel yang make sendal gw gak tanggungjawab dan