Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label poetry

Review Buku : Love Letters for the Future You - Adi K

Identitas Buku Judul Buku : Love Letters for the Future You Penulis : Adi K Penerbit : PT Elexmedia Komputindo Tahun terbit : 2019 Tebal Buku : 192 Baca Buku di : iPusnas Menutup penghujung Februari dengan bacaan penuh cinta, seperti kebiasaanku dalam memilih bacaan, impulsif tanpa perlu repot nyari tahu latar belakang si penulis atau seperti apa review dari pembaca. Yang jelas kepengen baca saja.  Berbekal minim info tentang si penulis, saya tidak punya ekspektasi berlebih. Buku puisi eeeh bukan, ralat ini bukan buku puisi melainkan "Just a collection of notes and letters I write on my mind but I never had the chance to show it to you. Until now" begitu penjelasan Adi K 😘 Meski pun ditulis dalam bahasa Inggris tapi masih sanggup dicerna alias yang level basic seperti saya nih kelar menamatkan buku ini dan gak ada keluhan otaknya mumet.  Beberapa ungkapan cinta dari buku Love Letters for The Future You yang saya suka  You don't know me (yet), But I feel like

Realita Bukan Kata

Foto : Pixabay  Mendung ...  Kelabu ... Berkabung belum tentu Setidaknya bagiku  Semalam hujan turun menderas dibarengi suara petir menyaru bak molotov Sungguh memekakan telinga  Membuat jantungku kebat-kebit  Tahun baru katanya, namun di semesta kecilku tak ada hal yang demikian Semua sama adanya dari hari ke hari  Aku tidak menguntai resolusi menjelang momen pergantian tahun Karena percuma  Resolusi hanya bagus di wacana, ditulis, dibaca lantas dilupakan Sebab  realita tidak mengenal kata-kata Ia mau yang nyata  Demikian uneg-uneg tidak jelas pada pagi mendung kelabu awal Januari  Bukan puisi entah apa Aku hanya ingin menulis kata-kata Setidaknya, agar blogku bernyawa

Menjelma Malaikat

Rasanya ingin kupeluk penuh sayang beliau Namun, gengsiku serba terlampau Batas-batas yang sukar terhalau Tak urung, ucapan terima kasih caraku menghargai perhatian Papa yang luar biasa hari ini Tanpa dukungan serta perhatian beliau, mustahil Puasa hari ini dapat terlalui hingga adzan Maghrib  Satu pertanyaan di awal pagi,  masih Puasa ?  Langkah kakiku tertahan. Setan hampir saja memperdaya diri yang gampang terombang-ambing ini  Sementara Papa menjelma malaikat, menuntunku penuh sayang  Kuhaturkan banyak terima kasih serta luapan rasa syukur tak berhingga.  Baca Juga  Hatimu Bara Api Kepala Penuh Abu Ampas Kopi Dan Kunamai Langit

Hatimu Bara Api

Telaga tertancap pada muara hatinya, pernah gemuruh menerpa, namun tak sempat hasilkan gelombang, hanya riak di tepiannya.  Nun di seberang sana, hatimu bara api, entah sampai kapan ?  Ia melupa, engkau gigih mengingat Ia lapang, hatimu penuh sekat Tak tahu bagaimana leluasa melepas  Di hatimu penuh bara yang gigih kau ikat  Bagimu, lukamu lebih utama Kau lupa, kata-katamu bagai bara dalam sekam Ia pun sama adanya denganmu Punya hati serapuh adanya hatimu  Jadi, setelah kata-kata tajam penuh bara ditujukan padamu, bukankah perih ?  Kau melihat lukamu saja, kau lupa seberapa dalam kata-katamu tajam mencipta luka

Kepala Penuh Abu

Aku bangun dengan kepala penuh abu.  Napas lebih lambat Seolah hatiku mampat Tersumbat entah apa  Mungkin karena mimpi semalam Ia hadir seketika tanpa aba-aba Ada apa gerangan?  Haruskah kuterjemahkan   dan temukan makna atau menepis,   memilih abai  Toh, tak semua butuh pemaknaan Ya , Barangkali ... 

Ampas Kopi

Bukan begini mauku ! Duduk manis termangu  menunggu siang Berselancar bebas dijejaring sosial Menyeruput kopi susu yang terlanjur dingin. Bukan !!! Langit boleh saja mendung Tak demikian hidup Apa pun yang terjadi, bahkan segetir-getirnya Hidup harus terus berlanjut. Aku bangkit menyingkir dari jejaring sosial Menatap langit mendung Tidak akan!  Tidak boleh !  Sungguh kali terakhir. Aku penuhi janji Tak hanya kepada-Mu, Tuhan Juga kepada hidup Kepada diri bernama  Aku Aku berhak bahagia !!! Sruput kopi sampai habis, menyisakan ampas Sama seperti ketika kepedihan mengobrak-abrik Tersisalah ampas Berupa luka Luar biasa perih Namun , tak bersedia hancur Luka itulah pengingat untuk jadi lebih baik Untuk bangkit berdiri Semoga putaran hidup Takkan pernah sekali-kalinya nakal Menautkan kita pada sebuah perjumpaan Toh, begini sudah cukup melegakan

Barisan Kata-Kata

Malam kian beranjak kelam. Putaran waktu tinggal menunggu laju tepat terhenti. Dan masih belum ku pilih lelap. Kata-kata memaksa diri untuk diungkap. Aku tahu matamu belum jua pejam. Sebentar menjelang perayaan. Pertambahan atau kah pengurangan jatah menjejaki bumi. Anggaplah pertambahan bagi suka cita bukan duka. Kalau pun duka sempat hadir. Aku yakin kau lebih dari sekedar kuat. Perjalananmu melampaui aku. Duka kita barangkali juga beriring. Hanya sepertinya kita teramat sangat malas mengeluhi nestapa. Cukuplah sela tawa jadi hiburan. Kekonyolan demi kekonyolan kita bagi. Tentang pengurangan, kita sikapi sebagai tahapan (sok) dewasa. Kenapa ? Sebab terlalu menyebalkan bila diri di minta terusan serius. Ada kalanya menjadi kekanak-kanakan jalan terbaik untuk tetap memandang bahwa dunia tercipta indah. Selamat untuk hari lahirmu, akan kusemati apa? Teman ? Sahabat ? Atau akh ... sistha lebih pas yah. Beriring segala doa-doa baik. Semoga terwujud segala ingin. Jangan pernah bosan me

Dan kunamai Langit

Mereka bilang kita seumpama bumi dan langit. Aku buminya. Kamu langitnya. Kebiruanmu penenang jiwa. Parodi awan-awanmu mencipta senyumku. Tak selamanya kau membiru. Terkadang kau tunjukkan sisi kelabumu. Suram ... pekat ... Mereka menyebutmu dingin.  Sulit dimengerti. Dan sebagai bumimu, memahamimu lebih adalah kesenanganku. Meski tubuhku kecil ringkih. Aku siap menampung tetes demi tetes bahkan pusaran badai sekali pun yang kau hantamkan. Mereka salah. Langitku tidak sekaku dan sedingin itu. Kita mencipta melodi. Menari bersama hujan. Menertawakan kesedihan. Seluruh deras air mataku terhapus. Aku mencintaimu.  Tak peduli kau biru, kelabu, jingga, bahkan kelam. Sebab langitku tak pernah ingkar janji. Tak sekali pun mematahkan hati. Langitku itu selalu tahu menghiburku. Melalui biru, kelabu, jingga, bahkan dalam kelamnya. Aku bumimu diliputi haru terlingkupi cinta nan melangit.

Bacalah !!!

Bacalah buku ... Cakrawalamu otomatis meluas. Kasihan otakmu jika rasa malas kau sediakan ruang. Ada kalanya, ketika beban dunia menghimpit. Memberati langkah-langkahmu. Memenati daya pikirmu. Bacalah ... Kau kan temukan hidup Tersenyum Tertawa lepas Kadang kala termenung. Membuatmu merenung dalam. Adakalanya jantungmu serasa terpompa. Tolong kuatkan hatimu. Bulatkan tekadmu. Cakrawala imajimu ... sumber geliatmu. Bacalah. Hampiri. Peluk erat. Cumbu mesra ia.