Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Tarusan kamang si muka dua

Tarusan kamang, danau bermuka dua. Wiidiiih, namanya serem amat. Iya, suka serem kalau ketemu sifat manusia beginian. Don't worry yaaa Tarusan kamang jauh dari kesan serem kok. Malahan yang ada ketagiham pengen mampir lagi. Tarusan kamang yang berlokasi di Nagari Kamang mudiak, kabupaten Agam lagi happening sih. Entah diobrolan sehari-hari atau di media sosial. Menjamur sekali postingan foto-foto tentang keindahan Tarusan kamang. Katanya kalau mau ke Tarusan kamang, buat kamu yang pengen ngerasain sensasi berakit-rakit ria persis dalam adegan film 'Tenggelamnya kapal Van der Wijk' wajib datang pas musim hujan. Keren lah pokoknya. Dan alhamdulillah saya beruntung ngerasain sensasi tadi. Naik rakit trus nyebrang ke pulau gitu yang dipenuhi rerumputan hijau. Nah, emang kenapa coba Tarusan kamang di musim kemarau ? Kenapa coba saya ngewanti-wanti dateng pas musim hujan? Begini ceritanya yaaa mohon disimak. Tarusan kamang si muka dua uniknya persis bunglon. Punya dua kepribad

Weekend nyantai di Tarusan Kamang

Weekend itu paling seru yaaa jalan-jalan. Menjauh sejenak serta keluar menemui tempat-tempat baru semacam refreshing otak. Mumet sekaligus jenuh parah yang kerap kali mampir butuh dilenyapkan. Tak harus jalan-jalan ke tempat jauh kalau dana sama waktu sedang bersebrangan. Menghabiskan weekend di taman kota atau iseng mengeksplorasi objek wisata dimana kamu berada patut dipertimbangkan. Sekedar duduk. Mengamati manusia berlalu-lalang. Menyesap cappucino cincau. Atau ngobrol ngalor-ngidul sama temen. Itu saya sih. Weekend yang tidak kehilangan makna serunya. Tapi, sesekali saya pengen nyobain sesuatu yang baru. Keluar dari kebiasaan weekend santai tadi. Sudah kenyang dengan ritual duduk santai, ngobrol ngalor-ngidul, menyesap cappucino cincau di pelataran jam gadang menjelang maghrib. Mengitari pasar atas juga keburu sakit mata. Atau dijamu jenuh menjabani ngarai sianok serta great wall atau janjang saribunya. Saya beneran butuh pemandangan baru bagi sudut pandang baru. Segar dan menyu

Terkenang sesuatu di Puncak Lawang (tamat)

Terbayar sudah segala macam lelah. Penatnya kaki serta jari-jari lecet. Peluh seakan menguap. Panas terik terasa sejuk. Pemandangan di depan mata, hamparan danau maninjau dan langit biru terang yang menaungi di atasnya adalah hadiah dari segala upaya.Masya Allah ... Dan tepat menghadap danau maninjau, saya duduk termenung. Berpikir dalam. Berkelana kian kemari. Menjelajah imaji. Percakapan itu tercipta hanya berdua, saya dan diri sendiri. Senangnya untuk ketiga kali menginjakkan kaki di tempat ini. Kali ketiga dengan perasaan aneka rupa. Kali ketiga dengan orang-orang berbeda. Dan saya bersyukur untuk semua yang pernah dan sudah terlewati. Mata saya pun menatap takjub ke langit lepas. Lihat mereka di atas sana. Terbang bebas ... lepas ... Tunggulah ada saatnya ingin jua mengepakkan diri. Terbang menari bersama kawanan awan. Tak menengadah ke atas tapi menatap jauh dari atas. Ada beberapa permainan seru menguji nyali di Puncak Lawang. Tinggal pilih saja. Dan karena kangen banget pen

Terkenang sesuatu di Puncak Lawang (part 2)

Jujur saya harus geleng-geleng kepala sekalian tepuk tangan buat Dona, si travelmate. Entah pemikiran macam apa yang bersemayam di kepalanya kala itu. Dua jam perjalanan menempuh puncak lawang dari pasar Matur. Bukan karena ndak punya duit. Kebetulan dana kami cukup berlebihlah. Makanya dalam kondisi mepet disempet-sempetin travelling. Dari semalem saya sudah nyiapin ya snack, minuman, outfit juga yang nyantai banget. Di kepala saya tergambar nanti sesampe di pasar Matur lanjut ngojek ke Puncak Lawang. Tapi, kala itu entah Donanya kesambet. Atau saya yang ikutan sableng. Siang itu, kami berhenti di Pasar Matur. Seingat saya naik ojek yaa disekitaran pasar. Ternyata, ndak ada satu ojek pun yang mangkal. Kami putusin menyusuri lokasi sambil berjalan kaki. Berharap di perjalanan ketemu ojek. Tanpa terasa setengah sudah perjalanan. Di bawah panas terik matahari siang itu kami menempuhnya. Muncullah pertanyaan di kepala saya dan tak bisa ditahan. Meluncurlah melalui mulut ini, "Na i

Terkenang sesuatu di Puncak Lawang

Liburan semester kala itu pernah nyaris bikin sebel. Gundah-gulana tiada tentu. Cobalah bayangin nyaris semingguan itu mendekam di kos tercinta. Berkutat bersama tumpukan novel-novel. Berselancar bebas di dunia maya alias ngenet. Rumpi-rumpi sama ibuk kos. Sudah hapal luar kepala kisahnya. Saking keseringan siaran ulang. Sesekali telponan sama sahabat. Atau iseng misscallin bokap biar ditelpon balik. Keadaan seolah tidak berpihak kala itu. Ada benarnya yah ... Kesabaran menerima keadaan yang ndak asyik meluluhkan sang maha. Tuhan bersama anak kos yang mencoba sabar serta tabah ndak bisa jalan-jalan. Ceritanya, sehari menjelang liburan berakhir. Tuhan menghadiahi saya berita baik. Alhamdulillah saya sambut penuh sukacita. Keharuan menyelimuti. Bersyukur Tuhan berkenan mewujudkan doa-doa anak kos yang demikian haus travelling di detik-detik terakhir. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Mulailah otak saya berpikir. Memilah lokasi pas dalam kondisi mepet itu. Puncak lawang ad

Dan kunamai Langit

Mereka bilang kita seumpama bumi dan langit. Aku buminya. Kamu langitnya. Kebiruanmu penenang jiwa. Parodi awan-awanmu mencipta senyumku. Tak selamanya kau membiru. Terkadang kau tunjukkan sisi kelabumu. Suram ... pekat ... Mereka menyebutmu dingin.  Sulit dimengerti. Dan sebagai bumimu, memahamimu lebih adalah kesenanganku. Meski tubuhku kecil ringkih. Aku siap menampung tetes demi tetes bahkan pusaran badai sekali pun yang kau hantamkan. Mereka salah. Langitku tidak sekaku dan sedingin itu. Kita mencipta melodi. Menari bersama hujan. Menertawakan kesedihan. Seluruh deras air mataku terhapus. Aku mencintaimu.  Tak peduli kau biru, kelabu, jingga, bahkan kelam. Sebab langitku tak pernah ingkar janji. Tak sekali pun mematahkan hati. Langitku itu selalu tahu menghiburku. Melalui biru, kelabu, jingga, bahkan dalam kelamnya. Aku bumimu diliputi haru terlingkupi cinta nan melangit.

Bacalah !!!

Bacalah buku ... Cakrawalamu otomatis meluas. Kasihan otakmu jika rasa malas kau sediakan ruang. Ada kalanya, ketika beban dunia menghimpit. Memberati langkah-langkahmu. Memenati daya pikirmu. Bacalah ... Kau kan temukan hidup Tersenyum Tertawa lepas Kadang kala termenung. Membuatmu merenung dalam. Adakalanya jantungmu serasa terpompa. Tolong kuatkan hatimu. Bulatkan tekadmu. Cakrawala imajimu ... sumber geliatmu. Bacalah. Hampiri. Peluk erat. Cumbu mesra ia.