Langsung ke konten utama

Pergi Baralek with Receh Squad

Saya bersyukur program sekolah 5 hari di kota Bukittinggi masih dilanjutkan. Walau pun, harus berangkat pagi pulang kerja kesorean pake banget, dan pasti lelahnya double kill. Tapi, rapopo, yang penting Sabtu nggak masuk kerja. Bisa jeda sejenak. Horeee ... 
Pergi Baralek
Pergi Baralek with Receh Squad 

Apakah semua introvert paling males diajak hangout atau minimal ketemuan bentar saat weekend ? Atau karena sudah lelah berjibaku dengan kerjaan yang sangat menguras mental dan energi, kita jadi milih diem dan gak kepengen kemana-mana. Atau direcokin. 

Sabtu ini, saya tak dapat sepenuhnya terlepas dari bersinggungan dengan manusia. Hadeuuuh .... Hamba lelah ... Mau diam saja di rumah ( teriak dalam hati) 

Jadwal Sabtu ini sebagai makhluk sosial bakal pergi Baralek a.k.a kondangan. Ada teman yang gak dekat-dekat banget tapi yang namanya tuntutan sebagai makhluk sosial, mau tidak mau hamba mengalah. Itu pun karena perginya bareng Receh Squad. 

Minus Putri, yang tidak tahu kenapa, berhalangan untuk hadir. Yang saya asumsikan sepertinya dia mau menikmati "me time". Sebagai sesama introvert, saya iri. Terlanjur bilang oke 😭

Disepakatilah Pergi Baralek jam 11 siang. Seperti biasa yang on time saya dan Cupid. Awalnya, janjian ketemuan di depan sekolah tapi Ely baru otewe. Hadeuuuh emosi dengernya ... Mau ngomel !!! Alhasil ngedumel sepanjang perjalanan menuju kontrakan Winda. 

Motor pun digeber sekencang mungkin. Udah siap-siap ngomel sama Winda yang biasanya lelet. But, you know what, Winda sudah siap begitu saya dan Cupid sampai. Wiiiiih ... Jarang-jarang niii Winda on time. Kita bertiga rumpi-rumpi sembari menunggu kedatangan Ely. 

Setelah puas ngedumel sama Ely, perjalanan berlanjut menuju kontrakan Tata. Tanpa buang-buang waktu, kami berlima tancap gas menuju lokasi Baralek. Udah gak sabar pengen makan. Lapaaar !!! 

Agak bingung begitu sampai suasananya lumayan sepi. Kami pun bertanya-tanya, sebenernya pestanya udah mulai atau belom sih? Kan gak lucu kalau nunggu lagi. Lapaaar !!!! 
Ternyata, pesta baraleknya sudah dimulai. Mungkin ramenya mendekati jam makan siang alias selepas Zhuhur. Tanpa banyak bacot, kami menuju tempat makanan dihidangkan. Ada 4 menu yang tersaji. Saya tidak menemukan mie goreng atau perkedel. Huhu ... 
Kami memilih duduk di meja paling pojok. Sengaja biar bebas ngeghibah. Kami makan dengan lahap. Semua makanan dicobain. Dan tentu saja di komentarin. Temans suka kayak gini juga nggak ? 
Oiya, Receh Squad hebohnya gila. Kayak kami gak mikir ada tamu yang lain. Maapkan atas kehebohan kami yaaa. Ketawa lepas. Ngomentarin ini itu. Ngerjain kru kateringnya. Overall, tadi seru banget ngumpulnya kita berlima. 
Selama Januari ini, saya sudah menghadiri acara Baralek sebanyak 2 kali. Beberapa undangan sudah diterima tapi tak semua sempat terpenuhi. Bukan karena belagu tapi picky aja anaknya. Gak mau buang-buang energi dengan percuma. 

Dalam hidup pasti kita pernah ngalamin pergi Baralek tapi mengecewakan. Kayak kita sudah effort banget buat datang. Tapi, berasa zonk. Cupid pernah cerita, pernah ngelewatin bebukitan tapi begitu sampai di lokasi pesta, makanannya sungguh terlalu. Mo nangis rasanya. 

Kayak effort yang kita berikan tidak sebanding alias tidak berbalas. Yang jadi pertanyaan, yang bikin acara Baralek apa tidak mikirin atau nyobain makanannya dulu. Tamu yang datang segitu usaha untuk memenuhi undangan tapi dapetnya haduuuh ... 

Dulu saya pernah punya pengalaman kayak gini. Saking pengennya datang ke Baralek salah seorang teman. Saya dan beberapa rekan kerja sampai duduk himpit-himpitan dalam angkot yang sengaja disewa buat ke lokasi acara. Udah lah di luar kota, hampir 2 jam lebih berasa cosplay jadi sarden. Kepanasan. Keringetan. Laper. Nyampe sana, kuingin menangis. Mau pulang aja. Apa-apaan ini makanannya. Saya dan rekan kerja waktu itu pulang dengan kecewa. 
Yang paling berkesan, baraleknya teman kita yang ini loh. Bayangin, selepas jam kerja, yang entah kenapa molor jadi jam setengah 6 sore. Saya, cupid, Winda dan Putri motoran ke Padang Lua. Jujurly, kita capek, lelah tapi demi niii demi. Padahal, perut sudah kenyang. Kita bela-belain datang. Begitu sampai, kita ambil makanan secukupnya. Takut begah. Takut makanan yang diambil bersisa. 

Yang berkesannya tuh adalah makannya ternyata enak semua. Seketika kita lupa kalau sebelumnya perut sudah kenyang. Pengen nambah tapi malu. Nyesel sampai sekarang. Nyesel pake banget. 

Segitu dulu ya cerita  pengalaman saya pergi Baralek alias kondangan. Nah, temans punya pengalaman serupakah ? Yuk share di kolom komentar. 

Komentar

Popular Posts

Rambut Rontok Berkurang dengan Mustika Ratu Hair Oil Cem ceman

Mustika Ratu Hair Oil cemceman Buatku 2020  tahun paling absurd, aneh,  menjengkelkan, menyulut cemas, serta hari depan mengabur. Sekadar berharap malah ketar-ketir. Virus  Corona   sekeparat itu, banyak korban berjatuhan, banyak nyawa melayang sia-sia, ekonomi pun tergerus. Termasuk aku di antara sekian juta yang ikut merasakan imbasnya. Muncul pikiran aneh yang ujung-ujungnya overthinking , mempengaruhi mood, berefek ke rambutku yang sempat mengalami kerontokan . Kalau sehelai 2 helai gak masalah, yang bikin saya panik dan hampir senewen, kerontokan rambutku sudah masuk tahap tidak wajar. Rambut rontokku menginvasi mulai dari lantai ruang tamu sampai kamar mandi. Setiap kali nyisir atau pegang rambut gak pernah gak rontok. Sesekali wajar, tapi hampir setiap waktu, kebayang gak seberapa menipisnya rambut di kepala.  Mulailah aku  Googling produk perawatan rambut rontok,dan menemukan   Mustika Ratu   Hair Oil   Cem ceman , ...

Keseruan Wardah Days Out Goes to Bukittinggi

Saya cukup sering dapat pertanyaan, kenapa masih betah bertahan dengan pekerjaan yang sama? Apa tidak bosan dan jenuh? Nggak ,karena kerjaannya dibayar. Meskipun, nominalnya tak berlimpah, tapi cukup untuk hidup. Bisa nabung dikit-dikit. Bisa self reward dengan beli buku tiap bulan dan makan enak sekali sebulan. Termasuk ikut event seru yang diadain sama Wardah Beauty Padang. Nikmat Tuhan mana lagi yang hendak hamba dustakan ?? Hehe  Lagi bosan dan pengen have fun eeh tanpa sengaja saya nemu info event Wardah Days Out Goes to Bukittinggi di Instagram Tanggal Merah Coffee & Eatery. Challenge-nya menarik seperti touch up with bestie, healing wall, remember me dan fun clay workshop. Untuk ikutan, perlu registrasi dan ada dua pilihan mau HTM-nya 45K atau 25K.  Foto: Instagram Tanggal Merah Kalau saya milih yang HTM 45K. Lumayan dapat free Coffee dari Tanggal Merah Coffee & Eatery, produk Wardah worth to 105k (Wardah colorfit cream blush, Wardah ligh...

Review Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar - Tere Liye

Hampir 6 tahun lamanya, saya memutuskan berhenti membaca buku-buku karya Tere Liye . Bukan karena karyanya jelek. Melainkan, saya ingin eksplorasi karya penulis lain. Rasanya, hidup terlalu singkat, bila hanya dihabiskan membaca satu karya penulis saja. Mulailah saya bertualang dan mengoleksi berbagai buku yang menarik perhatian dan memperkaya wawasan dan sudut pandang.  Hingga suatu hari, terbitlah novel karya Tere Liye yang berjudul Teruslah Bodoh Jangan Pintar. Novel yang rilis tanggal 1 Februari 2024 bertepatan dengan suasana menjelang pemilu.  Jujur, saya sama sekali belum tertarik untuk membeli. Sekadar saya lirik di akun IG Tere Liye. Sampai saya ke-trigger oleh twit dari Ernest Prakasa yang memposting novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar karya Tere Liye. Kaget dan nggak nyangka ! Ernest Prakasa baca novel Tere Liye !!!! Review-nya ini novel yang sungguh berani. Terlalu berani. Salut .  Saya pun penasaran. Apakah novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar akan se...

Buku Filosofi Teras, Mental Tangguh Menghadapi Dinamika Hidup

Apa kabar ? Masihkah semangatmu nyala? Atau terendap dalam kubangan emosi negatif ? Kenalan yuk sama buku filosofi teras , siapa tahu dengan membaca buku ini bisa mengubah persepsimu tentang musibah yang kamu alami serta emosi negatif yang belum mampu dikendalikan seperti rasa cemas, khawatir hingga depresi.  Judul Buku : Filosofi Teras Penulis : Henry Manampiring Penerbit : Kompas  Terbit : Tahun 2018 Jumlah: 344 halaman Rating 🌟🌟🌟🌟 Baca melalui iPusnas Ternyata, sumber itu semua letaknya di pikiran kita. Kebiasaan kita yang suka mendramatisir kesedihan dan berlarut-larut di di dalamnya, memicu emosi negatif, yang bikin hidup tidak tenang. Kita senantiasa dirong-rong oleh kekhawatiran yang kita ciptakan sendiri. Padahal, belum tentu terbukti juga, kan ? Some things are up to us, some things are not up to us - Epictetus Karena itu, melalui buku  Filosofi Teras, Om Piring sapaan akrab penulis, menganjurkan kita harus mencoba belajar mengendalikan pikiran me...

Review Buku The Things You Can See Only When You Slow Down - Haemin Sunim

[ Review Buku The Things You Can See Only When You Slow Down - Haemin Sunim ] Buku merupakan tempat pelarian ternyaman yang saya pilih. Setiap kali lelah dengan ekspektasi yang seringnya ketinggian, cemas sama masa depan, khawatir dengan opini orang lain atau kesal dan kecewa ketemu orang-orang yang bikin emosi. Ajaibnya, dengan buku kayak punya teman cerita, teman diskusi yang asyik dan nyambung. Boro-boro di dunia nyata, susah ketemunya. Hehe  Sama halnya, saat saya baca Buku The Things You Can See Only When You Slow Down ini, berisi pesan-pesan singkat seperti kutipan bijak dan essai sederhana namun bermakna. Saking sukanya, buku ini sudah berkali-kali saya baca ulang. Tapi, baru kali ini, saya sempat mereview buku yang terjual  lebih dari 3 juta eksemplar dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.  Buku ini mengulas segala aspek kehidupan sehingga wajar kamu pun bakal merasa relate dengan 8 Bab yang dijabarkan yakni Bab 1 : Istirahat, Bab 2 : Keber...

Belajar Bahasa Asing Adalah Caraku Mencintai Otak

Foto : Pexels Image Saya teringat, ucapan Haraboji Sim Deok-Chul di drakor Navilerra, " sesuatu yang kausimpan lama bisa menumpul. Mulai saja. Paksakan saja meski kau belum siap ". Seringkali, saya berlindung di balik kata tidak siap, belum siap atau belum waktunya hingga kemampuan berbahasa asing saya menguap begitu saja tertelan waktu.  Flashback ke jaman masih remaja, bahasa Inggris merupakan bahasa yang membuat saya rela mengorbankan waktu bermain. Begitu terlena saya pada tuturan bahasa yang sama sekali asing di kuping namun memiliki daya magis. Membuat saya kala itu bermimpi dengan menguasai bahasa asing saya bisa melihat dunia, tak sebatas tempat kedua kaki ini berpijak, dapat bersinggungan dengan budaya lain, ragam warna kulit. Yang saya tahu ketika itu, bahasa Inggris merupakan bahasa dunia, ia menjadi jembatan komunikasi antar negara dengan latar belakang yang berbeda.  Saya ingat dengan jelas, betapa luar biasanya semangat yang saya kerahkan ketika itu....