Jam tiga pagi, perut saya kepanasan, lambung saya tepatnya. Berusaha masa bodoh dan tetap selimutan gelisah. Bolak-balik kiri kanan. Akh .... saya menyerah. Percuma memilih berbaring slimutan. Toh, perut kepanasan terkutuk ini takkan bersedia kompromi.
Jadi, saya terbangun satu jam lebih awal. Tak apalah. Saya bangkit dan duduk di kasur. Saatnya ritual pengumpulan roh. Ini penting. Biar mood saya selalu kece badai. Aiiih....
Tenangin diri. Tarik nafas dalam-dalam. Senyum manis. Owkay .... saya sibakkan selimut. Berdiri dan nyalakan lampu. Benda pertama yang saya cari tergeletak anggun di atas meja, masih tersambung charger.
Well, ada berita seru apakah di timeline Twitter saya ? Atau pesan-pesan yang tak sempat terbaca. Karena saya memilih memejam lebih awal.
Notifikasi pertama datang dari BBM. Ada beberapa yang masuk. Salah satunya balasan dari salah seorang teman. Oiya, saya paling benci disuruh nunggu lama. Tanpa membuang waktu handphone saya nonaktifkan dan terbang landas menuju alam mimpi.
Balasan dari teman itu saya cermati kata per kata. Saya resapi makna per makna. Tergambar jelas kejadian semalam. Harusnya semalam kami berkumpul dalam hangat dan saling berbagi tawa. Harusnya semalam jadi malam yang berarti untuk salah satu teman kami. Semalam itu spesial. Pertambahan satu tahun usianya. Harusnya kami saling berucap doa. Bukan lantas melempar amunisi panas.
Sepertinya kita perlu mengenal batas. Sudah selayaknya kita pasang filter di kepala. Kata-kata itu bersenandung merdu. Penuh keriangan. Bukan omongan silet dan penuh amarah. Marilah tenangkan diri dan redamkan isi kepala yang terlanjur mendidih itu.
Semua orang punya sisi nyebelin kok. Cuma beda di takaran doang. Saya, kamu, dan bahkan dia pernah menyemai bibit nyebelin. Kenapa tak coba kita saling memahami ?
Hey.. ... tak ada manusia yang Maha sempurna di dunia ini. Pun tak ada teman yang benar-benar paripurna. Ingat-ingatlah bagaimana sebuah kisah berawal dan kebaikannya bergulir.
Komentar
Posting Komentar