Langsung ke konten utama

Review Buku : Terusir - Buya Hamka

Lumayan lama gak up-date review buku, padahal baca buku jalan terus. Mood nge-review bukunya yang terkadang ambekan. Semua bahan sudah siap, eksekusinya ini loh ckckck Parah beut diriku. Kamu pernah ngalamin kayak gini juga gak sih ? 
Judul : Terusir 
Penulis : Buya Hamka
Genre : Non-fiksi, Novel Roman
Penerbit : Gema Insani
Tahun Terbit : 2016
Tebal Buku : 142 halaman 
Baca di : iPusnas
Rating : 🌟🌟🌟🌟

Kali ini saya mau review buku Terusir karya Buya Hamka. Pasti kamu sudah familiar dengan nama beliau yah. Selain dikenal sebagai ulama kharismatik, beliau juga aktif menulis salah satunya kisah roman. Ada 2 novel beliau yang sangat fenomenal seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka'bah. Kedua novel ini pernah difilmkan dan mendulang sukses. 

Buya Hamka piawai meramu kisah pahitnya realitas kehidupan yang seringnya berakhir tragis. Melalui karyanya beliau kerap mengkritisi tradisi adat dan perilaku masyarakat yang dianggapnya menyimpang. 

Terusir berkisah tentang Mariah, seorang istri yang jadi korban fitnah dari keluarga Azhar, suaminya. Tanpa mendengarkan penjelasannya, Azhar tega mengusir dan menceraikan Mariah. Sejak itu, kemalangan demi kemalangan seolah enggan pergi dari hidup Mariah. Terusir dari satu-satunya keluarga yang ia miliki. Terpisah dari anaknya yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu. 

Berkali-kali ia menyurati Azhar dan membujuknya agar sudi menarik kata talak dan mendengar penjelasannya. Sayangnya, itu tak jua meruntuhkan kerasnya hati Azhar. Suratnya tak berbalas. 

Sempat numpang hidup di rumah teman ayahnya, ia lagi-lagi diusir karena dituduh mencuri. Tak lama ia diangkat jadi pembantu orang Belanda dan diajak pindah ke Jawa. Ia betah dan sedikit bisa melupakan penderitaannya. Hingga setelah bertahun-tahun, majikannya memutuskan mudik ke Belanda. 

Otomatis, Mariah gak punya kerjaan. Sebatang kara dan gak kenal siapa pun untuk dituju bikin Mariah tanpa pikir panjang menerima lamaran Tukang Kebun. Bukannya mujur, hidupnya hancur sejak itu. Ia dimanfaatkan. Hartanya dikuras dan ia dicampakkan. Merasa semua jalan sudah tertutup untuknya, Mariah jatuh ke lembah nista. 

Di usia senja, Mariah dipertemukan kembali dengan anak yang teramat ia rindukan. Namun, tragis, mereka bertemu di pengadilan. Mariah sebagai tersangka demi membela kehormatan orang yang ia sayangi. Sementara, Sofyan ditunjuk Hakim untuk membela Mariah. 

Betapa memilukan sampai akhir Mariah tak jua menjelaskan jati dirinya pada Sofyan. 


Menyesakkan. Bertubi-tubi emosi dihantamkan padaku. Pahit. Getir. Tragis. Buya Hamka seakan tak memberikan jeda sejenak untuk mencerna semua emosi yang kurasakan. Oh, Mariah malang nian nasibmu. 

Betul jua kiranya, tak peduli seberapa berat cobaan hidup, selama masih memiliki iman di dada . Insya Allah, itu akan jadi penguat kala hidup berusaha melemahkan ketahanan diri. Sayang, Mariah tak mendapat pendidikan agama yang baik. Ia tak punya pegangan. 

Yang saya suka, saat Buya Hamka melontarkan kritik dan pembelaannya pada perempuan seperti Mariah yang sering dicap buruk oleh masyarakat. Padahal, bisa jadi perempuan seperti Mariah adalah korban dari masyarakat yang abai. Alih-alih mengulurkan bantuan, diberi bimbingan, ia malah dijerumuskan bahkan dipandang rendah. Menganggap diri yang paling mulia dan terhormat. 

Diberi gelaran yang buruk kepada perempuan itu, dinamainya "sampah masyarakat" dinamainya "bunga mengandung racun", "kupu-kupu malam" dan lain-lain nama yang hina dan buruk . Padahal, ia sendiri yang menyuruh mereka sesat ke dalam lembah itu. 

Dikutuk perempuan itu, ditimpakan segala macam kesalahan kepadanya, dikatakan ia wakil iblis, perdayaan setan, padahal laki-laki itu yang lebih iblis.

Bukan sedikit jumlah perempuan yang terjerumus ke liang kesengsaraan itu lantaran kemiskinan, kelaparan dan penipuan manusia. Bukan kepadanya saja harus dipikulkan segala tanggungan bahkan beribu kali kejadian disebabkan kesalahan masyarakat yang selalu timpang ini. 

Meski berakhir tragis, saya punya karakter favorit di novel ini yaitu Haji Abdul Halim, sahabat Azhar yang bijaksana dan berkat nasehatnya Azhar pun luluh dan mulai mencari Mariah. 

Kekurangan di novel ini diksinya yang cukup berlebihan menurutku terutama saat Sofyan membacakan pembelaannya. Terlalu puitis. Begitu juga dengan vonis bebas untuk Mariah dengan alasan usia yang sudah renta, kok gak masuk akal bagiku. Padahal, Mariah terbukti melakukan pembunuhan.

Banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik dari kisah tragis yang dialami Mariah di novel Terusir. Sebagai insan, perlu kiranya kita melengkapi diri dengan bekal pendidikan agama agar tak mudah diombang-ambing oleh hidup. 

Jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, pikirkan semua kemungkinan. 

Perluaslah cara pandangmu. Tidak semua yang tampak buruk, begitu adanya. Ada kisah dibalik itu semua. Jangan jadi pribadi yang dangkal menilai sesuatu sebatas permukaan. Utamakanlah rasa kemanusiaan. 

Nasehat Buya Hamka yang sangat berkesan 

Banyak orang takut mati, tetapi mati lekas mengejarnya, maka sebanyak itu pula orang yang rindu supaya lekas mati, tetapi mati tak juga datang 

Janganlah kita hendak melebihi Tuhan. Sebab bagi Tuhan, menurut perkataan guru-guru agama, walau pun sampai dosa itu ke pintu Lawang langit, kalau seorang meminta ampun dengan tulus atas kesalahan-kesalahanya, dosa itu diampunkan, dikikis, dan ia dipandang seperti seorang yang baru lahir dari perut ibunya. 

Sekian dulu yah review buku Terusir - Buya Hamka , agak sedikit amburadul tapi gak papalah ketimbang gak nge-blog sama sekali. Kutunggu loh pendapat teman-teman di kolom komentar. 😁

Komentar

  1. Mantul bukunya nih wajib kalian baca ,banyak hikmah dan pengetahuan juga dari buku ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantul semantul-mantulnya. Wkwk
      Makasih Mayuf sudah mampir 😁

      Hapus
  2. Ini kisahnya waktu jaman Belanda ya mbak, soalnya kan ditulis Mariah diangkat jadi pembantu orang Belanda.

    Nasibnya tragis ya, Mariah akhirnya bertemu lagi dengan anaknya tapi di pengadilan. Duh, sedih bacanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas Agus, novel Terusir berlatar di zaman penjajahan Belanda.

      Tragis banget. Khas Buya Hamka, gak pernah happy ending.
      Coba baca deh Mas 😅

      Hapus
  3. Aku belum pernah baca nih yg judulnya ini. Kalau novel sastra lama sepertinya bahasanya memang mendayu2 dan puitis ya. Kadang sampai sulit memahaminya sehingga harus dibaca berulang kali.

    Bagus banget reviewnya mbak, aku jadi kepingin baca juga. Baru kali ini juga BW kr sini, salam kenal ya 😊😊

    BalasHapus
  4. Bahasanya emang mendayu-dayu tapi kalau sudah terbiasa bakal terpukau dengan cara Buya Hamka bertutur.

    Makasih mbak Kartika. Ada di iPusnas dan gak perlu ngantri buat baca. Hehe

    Salam kenal juga mbak Kartika. 😁

    BalasHapus
  5. 2 novel buya hamka yang lain tentu uda aku baca, dan yang difilmkan pemainnya pevita aku uda nonton juga hihi

    kalau yang ini beneran tradey ya jatohnya

    btw mariah tuh orang lokal kan ya? kasihan betul nasibnya difitnah, ditalak, dicampakan lagi, trus berakhir di meja hijau atas tuduhan mencuri. Ya salam, pesti ancur lebur tuh hati perempuan..

    #sad

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ciri khas novel Buya Hamka endingnya pasti tragis.
      Hancur sehancur-hancurnya Ampe males dia liat muka mantan suaminya hehe
      Tengkyu ya Mbak Gustya udah mampir 😁

      Hapus
  6. Duh, tragis banget nasib Mariah. Suka gak kuat baca buku yg bertubi2 gini penderitaannya.

    Melihat nama Buya Hamka jadi teringat dulu sering pinjam di perpus sekolah bacaan sastra Indonesia kayak gini. Jadi kangen pengen baca novel2 tempoe doeloe seperti ini, hehe.

    Oh ya mungkin karna masuk sastra lama, makanya byk kata2 yg puitis. Mungkin hehe.

    Makasih ya reviewnya. 😊

    BalasHapus
  7. Sepertinya nasib tokoh di novel Buya Hamka tragis semua, hehe

    Kuy, buruan baca lagi sastra tempo dulu. Sekalian nostalgia

    Diksinya sangat puitis. Auto kepengen nulis puisi jadinya hehe

    Sama-sama kak Rizki. Terima kasih juga sudah sempatkan berkunjung 😁

    BalasHapus
  8. mantap nih reviewnya mba, pas awal tahun baca review buku yang emang bingung mau mulai buku apa untuk memulai bacaan tahun ini. nice review....

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts

Rambut Rontok Berkurang dengan Mustika Ratu Hair Oil Cem ceman

Mustika Ratu Hair Oil cemceman Buatku 2020  tahun paling absurd, aneh,  menjengkelkan, menyulut cemas, serta hari depan mengabur. Sekadar berharap malah ketar-ketir. Virus  Corona   sekeparat itu, banyak korban berjatuhan, banyak nyawa melayang sia-sia, ekonomi pun tergerus. Termasuk aku di antara sekian juta yang ikut merasakan imbasnya. Muncul pikiran aneh yang ujung-ujungnya overthinking , mempengaruhi mood, berefek ke rambutku yang sempat mengalami kerontokan . Kalau sehelai 2 helai gak masalah, yang bikin saya panik dan hampir senewen, kerontokan rambutku sudah masuk tahap tidak wajar. Rambut rontokku menginvasi mulai dari lantai ruang tamu sampai kamar mandi. Setiap kali nyisir atau pegang rambut gak pernah gak rontok. Sesekali wajar, tapi hampir setiap waktu, kebayang gak seberapa menipisnya rambut di kepala.  Mulailah aku  Googling produk perawatan rambut rontok,dan menemukan   Mustika Ratu   Hair Oil   Cem ceman , yang banyak direkomendasikan. Terbuat dari minyak

Renungan Awal Januari

Aku ingat dengan jelas euphoria yang melingkupi perasaanku saat tahu liburan sudah di depan mata. Yang artinya, aku diberikan jeda meski tak lama dari kebisingan dan hiruk-pikuk tempatku bekerja. Jangan bayangkan kalau aku akan dengan semangat menyusun rencana-rencana seru menyambut momen liburan. Aku belum dan tak terpikir ingin traveling. Atau mengunjungi teman lama sekadar berbagi kisah.  Pexels   Satu-satunya rencana liburan yang menyenangkan menurutku melakoni hidup yang santai, tanpa huru-hara, aku bisa bangun di pagi hari dengan tenang. Tanpa perlu memikirkan apakah aku sudah bangun tepat waktu ? Aku dilingkupi perasaan yang cukup damai. Aku menyesap kopi hitam hangat dengan tanpa ketergesa-gesaan. Setiap sesapan kopi kuhirup tanpa ambil pusing dengan apa yang mungkin akan terjadi dalam hidup.  Tampak tidak antusias dan ambisius. Sepertinya begitulah caraku bertahan dan tetap punya pandangan tidak sinis pada hidup. Karena, biasanya, aku susah mengendalikan pikiran un

Keseruan Wardah Days Out Goes to Bukittinggi

Saya cukup sering dapat pertanyaan, kenapa masih betah bertahan dengan pekerjaan yang sama? Apa tidak bosan dan jenuh? Nggak ,karena kerjaannya dibayar. Meskipun, nominalnya tak berlimpah, tapi cukup untuk hidup. Bisa nabung dikit-dikit. Bisa self reward dengan beli buku tiap bulan dan makan enak sekali sebulan. Termasuk ikut event seru yang diadain sama Wardah Beauty Padang. Nikmat Tuhan mana lagi yang hendak hamba dustakan ?? Hehe  Lagi bosan dan pengen have fun eeh tanpa sengaja saya nemu info event Wardah Days Out Goes to Bukittinggi di Instagram Tanggal Merah Coffee & Eatery. Challenge-nya menarik seperti touch up with bestie, healing wall, remember me dan fun clay workshop. Untuk ikutan, perlu registrasi dan ada dua pilihan mau HTM-nya 45K atau 25K.  Foto: Instagram Tanggal Merah Kalau saya milih yang HTM 45K. Lumayan dapat free Coffee dari Tanggal Merah Coffee & Eatery, produk Wardah worth to 105k (Wardah colorfit cream blush, Wardah lightening fr

Pergi Baralek with Receh Squad

Saya bersyukur program sekolah 5 hari di kota Bukittinggi masih dilanjutkan. Walau pun, harus berangkat pagi pulang kerja kesorean pake banget, dan pasti lelahnya double kill. Tapi, rapopo, yang penting Sabtu nggak masuk kerja. Bisa jeda sejenak. Horeee ...  Pergi Baralek with Receh Squad  Apakah semua introvert paling males diajak hangout atau minimal ketemuan bentar saat weekend ? Atau karena sudah lelah berjibaku dengan kerjaan yang sangat menguras mental dan energi, kita jadi milih diem dan gak kepengen kemana-mana. Atau direcokin.  Sabtu ini, saya tak dapat sepenuhnya terlepas dari bersinggungan dengan manusia. Hadeuuuh .... Hamba lelah ... Mau diam saja di rumah ( teriak dalam hati)  Jadwal Sabtu ini sebagai makhluk sosial bakal pergi Baralek a.k.a kondangan. Ada teman yang gak dekat-dekat banget tapi yang namanya tuntutan sebagai makhluk sosial, mau tidak mau hamba mengalah. Itu pun karena perginya bareng Receh Squad.  Minus Putri, yang tidak tahu kenapa, berhalangan

Review Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar - Tere Liye

Hampir 6 tahun lamanya, saya memutuskan berhenti membaca buku-buku karya Tere Liye . Bukan karena karyanya jelek. Melainkan, saya ingin eksplorasi karya penulis lain. Rasanya, hidup terlalu singkat, bila hanya dihabiskan membaca satu karya penulis saja. Mulailah saya bertualang dan mengoleksi berbagai buku yang menarik perhatian dan memperkaya wawasan dan sudut pandang.  Hingga suatu hari, terbitlah novel karya Tere Liye yang berjudul Teruslah Bodoh Jangan Pintar. Novel yang rilis tanggal 1 Februari 2024 bertepatan dengan suasana menjelang pemilu.  Jujur, saya sama sekali belum tertarik untuk membeli. Sekadar saya lirik di akun IG Tere Liye. Sampai saya ke-trigger oleh twit dari Ernest Prakasa yang memposting novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar karya Tere Liye. Kaget dan nggak nyangka ! Ernest Prakasa baca novel Tere Liye !!!! Review-nya ini novel yang sungguh berani. Terlalu berani. Salut .  Saya pun penasaran. Apakah novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar akan sekeren novel Ne

Buku Filosofi Teras, Mental Tangguh Menghadapi Dinamika Hidup

Apa kabar ? Masihkah semangatmu nyala? Atau terendap dalam kubangan emosi negatif ? Kenalan yuk sama buku filosofi teras , siapa tahu dengan membaca buku ini bisa mengubah persepsimu tentang musibah yang kamu alami serta emosi negatif yang belum mampu dikendalikan seperti rasa cemas, khawatir hingga depresi.  Judul Buku : Filosofi Teras Penulis : Henry Manampiring Penerbit : Kompas  Terbit : Tahun 2018 Jumlah: 344 halaman Rating 🌟🌟🌟🌟 Baca melalui iPusnas Ternyata, sumber itu semua letaknya di pikiran kita. Kebiasaan kita yang suka mendramatisir kesedihan dan berlarut-larut di di dalamnya, memicu emosi negatif, yang bikin hidup tidak tenang. Kita senantiasa dirong-rong oleh kekhawatiran yang kita ciptakan sendiri. Padahal, belum tentu terbukti juga, kan ? Some things are up to us, some things are not up to us - Epictetus Karena itu, melalui buku  Filosofi Teras, Om Piring sapaan akrab penulis, menganjurkan kita harus mencoba belajar mengendalikan pikiran melalui dikotomi