Langsung ke konten utama

Menapaki Gunung Marapi part 2

Kisah mendaki gunung marapi untuk pertama kalinya membekas di ingatan. Banyak pelajaran-pelajaran tentang hidup saya temui. Barulah saya menyadari bagaimana perjuangan tanpa kenal lelah itu. Untuk satu tujuan puncak gunung marapi.

Saya si pemula yang nggak patut ditiru sih. Tanpa persiapan.  Serba ala kadarnya. Saya nggak sempet olahraga supaya stamina terjaga. Makan juga nggak banyak. Bekal ke marapi pop mie dua biji dan empat bungkus roti. Alas kaki pake sepatu santai dan sendal jepit buat jaga-jaga. Outfit baju kaus sama cardigan hitam plus celana jeans. What??? Celana jeans ? Haha silahkan ketawain betapa bodohnya saya.

Kadar kenekatan saya melonjak tinggi. Anggaplah efek kelamaan nungguin kesempatan. Semesta pun mengirim pertanda. Seperti saya yang tanpa sengaja nemuin grup ikatan pendaki gunung di facebook. Lama mengamati. Dan voilaaaa ... Lusiana namanya. Ia memposting bahwa sabtu sore akan mendaki gunung marapi. Saya pun membuka profilnya. Dan saya tanpa pikir panjang menuliskan keinginan saya untuk ikutan ke marapi lewat inbox. Gayung pun bersambut. Ia bersedia. Cihuiii

Gerimis menyambut kedatangan saya dan ayu di pos BKSDA marapi. Tak lupa di bawah  tatapan tajam penuh cemoohan dan komentar pedes yang hampir meleburkan tujuan semula. Sebagai pemula saya mencoba bersikap tenang. Tak terpancing. Walau dalam hati gelisah campur bimbang. Sekali kaki melangkah pantang berbalik mundur ke belakang.

Terkadang kau perlu menulikan telinga. Menepis ragu. Membuang jauh-jauh ketakutan itu. Berani percaya dan bergerak mengejar impianmu. Memang tidak mudah. Tapi belajar hal-hal baru itu perlu. Membenturkan diri pada resiko membuatmu berjuang.Ketakutan itu spesial ketika kamu mampu melawannya. Merubah takut menjadi berani.

Jam setengah lima sore, setelah menunaikan shalat ashar di pesanggrahan. Saya dan ayu bergabung dengan dua teman Lusiana. Kami berlima memasuki hutan lebat. Di atas tanah becek kami melangkah. Menyandang ransel masing-masing. Saya lebih memilih diam. Ada beberapa cemas bermain dalam hati. Hanya lewat dzikir saya masih tetap tenang dan terus mantap melangkah.

Lusiana dan dua temannya adalah mereka yang sudah biasa melakoni pegunungan.  Menyamai langkah kaki mereka bikin kami berdua ngos-ngosan. Lutut saya berasa mo lepas. Salah kostum euy. Ngapain juga dengan cerdasnya make celana jeans. Lusiana pun menawari saya celana gunung miliknya. Jadi kami pun berhenti. Penderitaan saya berkurang sedikit. Lumayan saya melangkah nggak terlalu berat.

Dalam perjalanan menuju cadas marapi. Tempat kami akan mendirikan tenda dan bermalam. Tak banyak yang bicara. Terlebih kami berdua yang hampir frustasi dengan beratnya medan. Serba buru-buru, nafas ngos-ngosan, peluh berlimpah ruah tetesannya, kepala sedikit oleng. Saya pun merutuki diri sendiri.

Apa ini beneran yang saya inginkan? Mendaki gunung sungguh tak mudah. Saya beneran letih. Tenaga saya udah mau habis. Saya cuma kepengen istirahat. Rebahan. Tapi, dimana ? Yang lain terus saja berjalan dalam gelap. Tak perduli tanah becek. Tak ambil pusing dengan hujan yang terus turun.Tidak. Saya harus berjuang habis-habisan. Saya nggak mau menyerah begitu saja. Dan mereka akan lihat. Saya tak bisa di pandang sebelah mata. Langkah saya memang tak cepat. Tapi soal keteguhan niat mereka perlu tahu saya pasti menyelesaikan apa yang saya mulai sampai akhir.

Setengah sepuluh malam, setelah jumpalitan jatuh bangun mandi lumpur kayak gembel. Sampai jualah di cadas marapi. Allahuakbar ... Malam itu malam minggu hujan rintik turun. Dalam tenda berteduh, dingin seakan enggan beranjak. Saya menggigil sampai shubuh. Mata saya pejamkan tapi pikiran tak mau diam. Saya tak sabar menunggu sunrise esok pagi, melihat kawah marapi dari dekat, atau duduk manis menatap bunga edelweis. Pendaki lain malam itu seolah gak kehabisan baterai. Semangat sampai shubuh. Menjelang pendakian ke puncak, mereka bernyanyi riang dibarengi petikan gitar. Kelakar demi kelakar disambut tawa. Buyar sudah buyar. Saya nggak bisa tidur. Hanya rebahan sejenak. Gunung tak sesunyi seperti seharusnya.  Gunung bersaing seriuh pasar. Bising.

Komentar

Popular Posts

Rambut Rontok Berkurang dengan Mustika Ratu Hair Oil Cem ceman

Mustika Ratu Hair Oil cemceman Buatku 2020  tahun paling absurd, aneh,  menjengkelkan, menyulut cemas, serta hari depan mengabur. Sekadar berharap malah ketar-ketir. Virus  Corona   sekeparat itu, banyak korban berjatuhan, banyak nyawa melayang sia-sia, ekonomi pun tergerus. Termasuk aku di antara sekian juta yang ikut merasakan imbasnya. Muncul pikiran aneh yang ujung-ujungnya overthinking , mempengaruhi mood, berefek ke rambutku yang sempat mengalami kerontokan . Kalau sehelai 2 helai gak masalah, yang bikin saya panik dan hampir senewen, kerontokan rambutku sudah masuk tahap tidak wajar. Rambut rontokku menginvasi mulai dari lantai ruang tamu sampai kamar mandi. Setiap kali nyisir atau pegang rambut gak pernah gak rontok. Sesekali wajar, tapi hampir setiap waktu, kebayang gak seberapa menipisnya rambut di kepala.  Mulailah aku  Googling produk perawatan rambut rontok,dan menemukan   Mustika Ratu   Hair Oil   Cem ceman , ...

Keseruan Wardah Days Out Goes to Bukittinggi

Saya cukup sering dapat pertanyaan, kenapa masih betah bertahan dengan pekerjaan yang sama? Apa tidak bosan dan jenuh? Nggak ,karena kerjaannya dibayar. Meskipun, nominalnya tak berlimpah, tapi cukup untuk hidup. Bisa nabung dikit-dikit. Bisa self reward dengan beli buku tiap bulan dan makan enak sekali sebulan. Termasuk ikut event seru yang diadain sama Wardah Beauty Padang. Nikmat Tuhan mana lagi yang hendak hamba dustakan ?? Hehe  Lagi bosan dan pengen have fun eeh tanpa sengaja saya nemu info event Wardah Days Out Goes to Bukittinggi di Instagram Tanggal Merah Coffee & Eatery. Challenge-nya menarik seperti touch up with bestie, healing wall, remember me dan fun clay workshop. Untuk ikutan, perlu registrasi dan ada dua pilihan mau HTM-nya 45K atau 25K.  Foto: Instagram Tanggal Merah Kalau saya milih yang HTM 45K. Lumayan dapat free Coffee dari Tanggal Merah Coffee & Eatery, produk Wardah worth to 105k (Wardah colorfit cream blush, Wardah ligh...

Review Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar - Tere Liye

Hampir 6 tahun lamanya, saya memutuskan berhenti membaca buku-buku karya Tere Liye . Bukan karena karyanya jelek. Melainkan, saya ingin eksplorasi karya penulis lain. Rasanya, hidup terlalu singkat, bila hanya dihabiskan membaca satu karya penulis saja. Mulailah saya bertualang dan mengoleksi berbagai buku yang menarik perhatian dan memperkaya wawasan dan sudut pandang.  Hingga suatu hari, terbitlah novel karya Tere Liye yang berjudul Teruslah Bodoh Jangan Pintar. Novel yang rilis tanggal 1 Februari 2024 bertepatan dengan suasana menjelang pemilu.  Jujur, saya sama sekali belum tertarik untuk membeli. Sekadar saya lirik di akun IG Tere Liye. Sampai saya ke-trigger oleh twit dari Ernest Prakasa yang memposting novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar karya Tere Liye. Kaget dan nggak nyangka ! Ernest Prakasa baca novel Tere Liye !!!! Review-nya ini novel yang sungguh berani. Terlalu berani. Salut .  Saya pun penasaran. Apakah novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar akan se...

Buku Filosofi Teras, Mental Tangguh Menghadapi Dinamika Hidup

Apa kabar ? Masihkah semangatmu nyala? Atau terendap dalam kubangan emosi negatif ? Kenalan yuk sama buku filosofi teras , siapa tahu dengan membaca buku ini bisa mengubah persepsimu tentang musibah yang kamu alami serta emosi negatif yang belum mampu dikendalikan seperti rasa cemas, khawatir hingga depresi.  Judul Buku : Filosofi Teras Penulis : Henry Manampiring Penerbit : Kompas  Terbit : Tahun 2018 Jumlah: 344 halaman Rating 🌟🌟🌟🌟 Baca melalui iPusnas Ternyata, sumber itu semua letaknya di pikiran kita. Kebiasaan kita yang suka mendramatisir kesedihan dan berlarut-larut di di dalamnya, memicu emosi negatif, yang bikin hidup tidak tenang. Kita senantiasa dirong-rong oleh kekhawatiran yang kita ciptakan sendiri. Padahal, belum tentu terbukti juga, kan ? Some things are up to us, some things are not up to us - Epictetus Karena itu, melalui buku  Filosofi Teras, Om Piring sapaan akrab penulis, menganjurkan kita harus mencoba belajar mengendalikan pikiran me...

Review Buku The Things You Can See Only When You Slow Down - Haemin Sunim

[ Review Buku The Things You Can See Only When You Slow Down - Haemin Sunim ] Buku merupakan tempat pelarian ternyaman yang saya pilih. Setiap kali lelah dengan ekspektasi yang seringnya ketinggian, cemas sama masa depan, khawatir dengan opini orang lain atau kesal dan kecewa ketemu orang-orang yang bikin emosi. Ajaibnya, dengan buku kayak punya teman cerita, teman diskusi yang asyik dan nyambung. Boro-boro di dunia nyata, susah ketemunya. Hehe  Sama halnya, saat saya baca Buku The Things You Can See Only When You Slow Down ini, berisi pesan-pesan singkat seperti kutipan bijak dan essai sederhana namun bermakna. Saking sukanya, buku ini sudah berkali-kali saya baca ulang. Tapi, baru kali ini, saya sempat mereview buku yang terjual  lebih dari 3 juta eksemplar dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.  Buku ini mengulas segala aspek kehidupan sehingga wajar kamu pun bakal merasa relate dengan 8 Bab yang dijabarkan yakni Bab 1 : Istirahat, Bab 2 : Keber...

Renungan Awal Januari

Aku ingat dengan jelas euphoria yang melingkupi perasaanku saat tahu liburan sudah di depan mata. Yang artinya, aku diberikan jeda meski tak lama dari kebisingan dan hiruk-pikuk tempatku bekerja. Jangan bayangkan kalau aku akan dengan semangat menyusun rencana-rencana seru menyambut momen liburan. Aku belum dan tak terpikir ingin traveling. Atau mengunjungi teman lama sekadar berbagi kisah.  Pexels   Satu-satunya rencana liburan yang menyenangkan menurutku melakoni hidup yang santai, tanpa huru-hara, aku bisa bangun di pagi hari dengan tenang. Tanpa perlu memikirkan apakah aku sudah bangun tepat waktu ? Aku dilingkupi perasaan yang cukup damai. Aku menyesap kopi hitam hangat dengan tanpa ketergesa-gesaan. Setiap sesapan kopi kuhirup tanpa ambil pusing dengan apa yang mungkin akan terjadi dalam hidup.  Tampak tidak antusias dan ambisius. Sepertinya begitulah caraku bertahan dan tetap punya pandangan tidak sinis pada hidup. Karena, biasanya, aku susah mengendali...