Mereka bilang kita seumpama bumi dan langit. Aku buminya. Kamu langitnya.
Kebiruanmu penenang jiwa. Parodi awan-awanmu mencipta senyumku.
Tak selamanya kau membiru. Terkadang kau tunjukkan sisi kelabumu. Suram ... pekat ...
Mereka menyebutmu dingin. Sulit dimengerti. Dan sebagai bumimu, memahamimu lebih adalah kesenanganku.
Meski tubuhku kecil ringkih. Aku siap menampung tetes demi tetes bahkan pusaran badai sekali pun yang kau hantamkan.
Mereka salah. Langitku tidak sekaku dan sedingin itu.
Kita mencipta melodi. Menari bersama hujan. Menertawakan kesedihan. Seluruh deras air mataku terhapus.
Aku mencintaimu. Tak peduli kau biru, kelabu, jingga, bahkan kelam.
Sebab langitku tak pernah ingkar janji. Tak sekali pun mematahkan hati. Langitku itu selalu tahu menghiburku.
Melalui biru, kelabu, jingga, bahkan dalam kelamnya.
Aku bumimu diliputi haru terlingkupi cinta nan melangit.
Hampir 6 tahun lamanya, saya memutuskan berhenti membaca buku-buku karya Tere Liye . Bukan karena karyanya jelek. Melainkan, saya ingin eksplorasi karya penulis lain. Rasanya, hidup terlalu singkat, bila hanya dihabiskan membaca satu karya penulis saja. Mulailah saya bertualang dan mengoleksi berbagai buku yang menarik perhatian dan memperkaya wawasan dan sudut pandang. Hingga suatu hari, terbitlah novel karya Tere Liye yang berjudul Teruslah Bodoh Jangan Pintar. Novel yang rilis tanggal 1 Februari 2024 bertepatan dengan suasana menjelang pemilu. Jujur, saya sama sekali belum tertarik untuk membeli. Sekadar saya lirik di akun IG Tere Liye. Sampai saya ke-trigger oleh twit dari Ernest Prakasa yang memposting novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar karya Tere Liye. Kaget dan nggak nyangka ! Ernest Prakasa baca novel Tere Liye !!!! Review-nya ini novel yang sungguh berani. Terlalu berani. Salut . Saya pun penasaran. Apakah novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar akan se...
Komentar