Langsung ke konten utama

Postingan

Rambut Rontok Berkurang dengan Mustika Ratu Hair Oil Cem ceman

Mustika Ratu Hair Oil cemceman Buatku 2020  tahun paling absurd, aneh,  menjengkelkan, menyulut cemas, serta hari depan mengabur. Sekadar berharap malah ketar-ketir. Virus  Corona   sekeparat itu, banyak korban berjatuhan, banyak nyawa melayang sia-sia, ekonomi pun tergerus. Termasuk aku di antara sekian juta yang ikut merasakan imbasnya. Muncul pikiran aneh yang ujung-ujungnya overthinking , mempengaruhi mood, berefek ke rambutku yang sempat mengalami kerontokan . Kalau sehelai 2 helai gak masalah, yang bikin saya panik dan hampir senewen, kerontokan rambutku sudah masuk tahap tidak wajar. Rambut rontokku menginvasi mulai dari lantai ruang tamu sampai kamar mandi. Setiap kali nyisir atau pegang rambut gak pernah gak rontok. Sesekali wajar, tapi hampir setiap waktu, kebayang gak seberapa menipisnya rambut di kepala.  Mulailah aku  Googling produk perawatan rambut rontok,dan menemukan   Mustika Ratu   Hair Oil   Cem ceman , yang banyak direkomendasikan. Terbuat dari minyak

REVIEW NOVEL : LITTLE WOMEN

Little Women  ( Gramedia )   Judul        Little Women   Penulis.     Louisa May Alcott Rilis          28 November 2014 Penerbit   Gramedia Rating      🌟🌟🌟     Dibaca      via  Ipusnas   Ketika kau merasa tidak puas, hitunglah berkatmu dan bersyukurlah      Novel ini pertama kali diterbitkan 30 September 1868 dan telah terjual lebih dari 2000 eksemplar. Novel laris selama puluhan tahun dan dibaca hingga kini dari generasi ke generasi. Bacaan sastra  populer di  Amerika . Makanya novel ini pun di adaptasi ke dalam film, yang terbaru dibintangi oleh  Saoirse Ronan , mendapat banyak kritikan bagus di kalangan  perfilman . Namun, saya tidak membahas seperti apa film  Little Women  yaaa, karena belum menontonnya.  Berlatar di Concord,  Amerika Serikat , pada abad  ke 19, mengisahkan tentang kehidupan keluarga  March  dengan ke-empat puterinya  yaitu ;  Meg  yang cantik dan lembut,  Jo  yang tomboy namun bersemangat, cenderung temperamental, suka bereksperimen, dan senang menulis, 

Barisan Kata-Kata

Malam kian beranjak kelam. Putaran waktu tinggal menunggu laju tepat terhenti. Dan masih belum ku pilih lelap. Kata-kata memaksa diri untuk diungkap. Aku tahu matamu belum jua pejam. Sebentar menjelang perayaan. Pertambahan atau kah pengurangan jatah menjejaki bumi. Anggaplah pertambahan bagi suka cita bukan duka. Kalau pun duka sempat hadir. Aku yakin kau lebih dari sekedar kuat. Perjalananmu melampaui aku. Duka kita barangkali juga beriring. Hanya sepertinya kita teramat sangat malas mengeluhi nestapa. Cukuplah sela tawa jadi hiburan. Kekonyolan demi kekonyolan kita bagi. Tentang pengurangan, kita sikapi sebagai tahapan (sok) dewasa. Kenapa ? Sebab terlalu menyebalkan bila diri di minta terusan serius. Ada kalanya menjadi kekanak-kanakan jalan terbaik untuk tetap memandang bahwa dunia tercipta indah. Selamat untuk hari lahirmu, akan kusemati apa? Teman ? Sahabat ? Atau akh ... sistha lebih pas yah. Beriring segala doa-doa baik. Semoga terwujud segala ingin. Jangan pernah bosan me

Mendaur Ulang Rasa

Pertanyaan kepada diri, rutinitaskah yang menyita seluruh waktu dan tenaga, hingga mengurangi rasa cinta pada tumpukan buku. Ada beberapa tergeletak menunggu di baca sampai akhir. Ada yang meringis berdebu berharap ku sapa. Kusibak lembaran demi lembarannya. Mungkin bukan tak cinta. Aku masih memandangi tumpukan itu. Sesekali menyentuh. Mengibas debu pada covernya. Membaca meski tak lama. Perhatian ku segera teralihkan pada kegiatan lain. Tapi yang teramat sangat menyita perhatian kecanduan sosial media. Membaca sih setiap hari. Media saja yang berganti. Kasian buku-bukuku terpinggirkan. Aku perlu mengakrabi perasaan itu. Kala menggebu-gebu mendapati bacaan baru. Mencium aroma lembaran demi lembaran kertas. Terlarut serta hanyut pada cerita-cerita magis itu. Imajinasiku butuh berkelana. Mari meniatkan dan bertekad mendaur ulang rasa pada buku-buku. Jatuh cinta pada daya magisnya.

Perjalanan Dua Januari

Tak lagi ada yang perlu kurisaui Pada langit mendung Jalanan riuh bising Wajah-wajah tanpa satu pun kukenali Pada negeri antah berantah asing Tak lagi ada yang perlu kutakuti Kupasrahkan semua pada Ilahi Kuatkan langkah dan teguhkan hati Sebab pada akhirnya perjalanan tak pernah membiarkanku sendiri Akan ada teman-teman baru yang mengiringi Jangan cemasi ketersesatan Teruslah melangkah meski gemuruh ketakpastian menekan Membuka mata, melapangkan hati, menajamkan telinga Baca juga :  Pertanyaan Kesiangan Kejedot Tengah Malam Berakrab Ria dengan Bulan September Bibit Nyebelin Penghujung Oktober

Sabtu Seru di Istana Basa Pagaruyuang

Toleransi saya kepada rutinitas sifatnya berbatas. Kesibukan yang menyita waktu dan menguras tenaga membuat saya dipaksa pasrah. Liburan yaaa mager di kasur. Baca tumpukan novel. Atau nyanyi-nyanyi gak jelas. So far berhasil bikin saya punya pandangan positif.  Akh ... sepandai-pandainya mencari celah toh pada akhirnya ada batas toleransi juga. Ada hal-hal yang keburu kadaluwarsa. Sambil merenung, tercetus ide di kepala. Weekend saya akan coba solo traveling. Itung-itung uji nyali. Hmmm ... tempatnya nggak usah terlalu jauh dari kota Bukittinggi.  Karena untuk pengalaman pertama resiko kesasar seorang diri perlu diperkecil. Tergambar dan seyakinnya saya akan ke tempat itu. Dulunya pernah ke sana tapi barengan teman-teman. Keasyikan ngobrol membuat abai pada sekitar. Dan itu sering banget kejadian. Anggaplah ini semacam pengulangan kisah. Saya tentu ngumpulin informasi dan tanya sana sini. Nggak sabaran rasanya untuk memulai perjalanan. Mendapati diri di tempat yang sama sekali asing.

Untuk Perempuan

Ia samar namun membayangi, ada dalam setiap tarikan nafas dan kemana kaki melangkah.  Ia menjelma doa-doa dalam badai perasaan. Ia yang terkadang coba ditepis namun tak terkikis. Satu dua potong kisah yang masih melekat cukup jadi pengingat bahwa ia ada meski tiada. Untuk perempuan tempatku sembilan bulan bernaung sebelum mataku melihat dunia Untuk perempuan dengan satu dua kenangan Untuk perempuan yang kisahnya menjadi ninaboboku Untuk perempuan yang sempat dan pernah kurindukan Untuk perempuan yang tidak pernah seutuhnya bersamaku Untuk perempuan dalam ketiadaanya Untuk perempuan yang mengenalkan apa itu perpisahan Untuk perempuan itu terima kasih sudah pernah ada meski tak lama meski tiada