Terbayar sudah segala macam lelah. Penatnya kaki serta jari-jari lecet. Peluh seakan menguap. Panas terik terasa sejuk. Pemandangan di depan mata, hamparan danau maninjau dan langit biru terang yang menaungi di atasnya adalah hadiah dari segala upaya.Masya Allah ...
Dan tepat menghadap danau maninjau, saya duduk termenung. Berpikir dalam. Berkelana kian kemari. Menjelajah imaji. Percakapan itu tercipta hanya berdua, saya dan diri sendiri.
Senangnya untuk ketiga kali menginjakkan kaki di tempat ini. Kali ketiga dengan perasaan aneka rupa. Kali ketiga dengan orang-orang berbeda. Dan saya bersyukur untuk semua yang pernah dan sudah terlewati.
Mata saya pun menatap takjub ke langit lepas. Lihat mereka di atas sana. Terbang bebas ... lepas ... Tunggulah ada saatnya ingin jua mengepakkan diri. Terbang menari bersama kawanan awan. Tak menengadah ke atas tapi menatap jauh dari atas.
Ada beberapa permainan seru menguji nyali di Puncak Lawang. Tinggal pilih saja. Dan karena kangen banget pengen flying-fox lagi. Saya milih nyobain. Walau pun harus ngantri diantara bocah-bocah. Hahahah niat amat sayanya.
Agak kurang seru sih karena durasinya bentaran. Maunya sih lamaan. Atau boleh ulang-ulang dengan catatan bayar sekali doang. Hadeuuuu maruk minta dikepruk nih.
Liburan serba mepet namun tetap menyenangkan. Kebersyukuran itu jualah yang coba slalu di upgrade. Agar slalu tahu diri. Menerima keterbatasan, menikmati apa yang ada, serta mampu tertawa di dalamnya barangkali tertompang seni menikmati hidup. Puncak lawang ... segala kenangan tentangmu teringat dalam. Takkan lekang.
Hampir 6 tahun lamanya, saya memutuskan berhenti membaca buku-buku karya Tere Liye . Bukan karena karyanya jelek. Melainkan, saya ingin eksplorasi karya penulis lain. Rasanya, hidup terlalu singkat, bila hanya dihabiskan membaca satu karya penulis saja. Mulailah saya bertualang dan mengoleksi berbagai buku yang menarik perhatian dan memperkaya wawasan dan sudut pandang. Hingga suatu hari, terbitlah novel karya Tere Liye yang berjudul Teruslah Bodoh Jangan Pintar. Novel yang rilis tanggal 1 Februari 2024 bertepatan dengan suasana menjelang pemilu. Jujur, saya sama sekali belum tertarik untuk membeli. Sekadar saya lirik di akun IG Tere Liye. Sampai saya ke-trigger oleh twit dari Ernest Prakasa yang memposting novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar karya Tere Liye. Kaget dan nggak nyangka ! Ernest Prakasa baca novel Tere Liye !!!! Review-nya ini novel yang sungguh berani. Terlalu berani. Salut . Saya pun penasaran. Apakah novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar akan se...
Komentar
Posting Komentar