Good Wives(Gramedia) |
Judul : Good Wives - Istri-istri yang baik
Penulis : Louisa May Alcott
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Rilis : tahun 2014
Rating : 🌟🌟🌟🌟
Dibaca : Ipusnas
Sinopsis :
Gadis-gadis March -- Meg, Jo, Beth, dan Amy, kini telah dewasa. Ayah mereka, Mr March, telah pulang dengan selamat dari Medan perang. Begitu pula John Brooke, kekasih Meg. Jo yang tomboi sedang belajar untuk menjadi lebih anggun. Beth semakin ramping dan pendiam, dan matanya yang indah itu selalu menyorotkan kebaikan. Sedangkan Amy, pada usia 16 tahun, memiliki pembawaan seperti wanita dewasa. Keempat gadis March dengan didampingi ibu mereka yang bijak, akan menemukan cinta mereka masing-masing dan menyambut masa depan.
Selesai menamatkan Little Women, tanpa banyak buang waktu aku beralih melahap buku kedua Good Wives. Kedua buku ini memiliki nuansa berbeda. Louisa May Alcott, sang penulis berhasil mengajak kita melewati tahapan demi tahapan perkembangan empat bersaudara March.
Kalau di buku pertama kisahnya lebih sederhana, menceritakan keseharian Jo dan saudarinya, namun tak lupa menyisipkan makna yang menghangatkan kalbu. Sementara di buku lanjutannya, Good Wives, kita menemukan perubahan-perubahan. Tak jarang cenderung lebih serius.
Menariknya, aku langsung terhisap dan merasa seolah-olah mendapat wejangan langsung. Mungkin karena sejak kecil tidak merasakan peranan seorang ibu, pengalaman membaca buku ini menciptakan kelekatan emosi. Tepatnya, ketika Meg akan melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya, John Brooke. Pilihan Meg sempat di tentang Jo dan Bibi March. Namun, Marmee dengan kebijaksanaannya menenangkan dan meyakinkan pilihan Meg.
Kau mulai dari ujung yang berbeda, namun pelajaran yang kaupetik hari ini akan berguna bagimu kelak.
Memiliki banyak uang memang menyenangkan. Meski begitu, kemiskinan memberikan kearifan tersendiri, dan salah satu hikmah indah dari keadaan yang sulit adalah kepuasan mendalam, yang datang dari kerja keras tangan mau pun kepala kita. Kita berutang setidaknya separuh dari kebijaksanaan, keindahaan, dan rahmat dunia kepada masa-masa yang penuh tantangan.
Di awal kisah, keluarga March disibukkan dengan persiapan pernikahan Meg dan Brooke. Keluarga March mengadakan pesta kecil-kecilan namun penuh keakraban. Pilihan Meg jatuh pada gaun pengantin sederhana. Seketika visual Emma Watson, pemeran Meg dalam film Little Women menjelma.
Aku suka ketika Meg menyanggah komentar Bibi March tentang pilihan gaun pengantinnya.
Aku bukan bahan pertunjukan. Aku terlalu bahagia untuk memedulikan apa yang dikatakan atau dipikirkan orang lain, dan aku akan menikmati pesta pernikahan sederhana seperti yang kuinginkan
Persahabatan Jo dan Laurie diuji. Diam-diam cinta menelusup, menciptakan friksi. Jo dengan pemikiran jauh ke depan menolak Laurie. Ia lebih memilih mengejar dan mewujudkan impiannya menjadi penulis terkenal. Tidak mudah memang, tak jarang ia pun mengalami penolakan dan harus belajar menyesuaikan tulisannya menurut selera pasar. Kelak ini akan menimbulkan pertentangan dalam batinnya. Jo pun belajar melecut diri dan menemukan semangat juang kembali.
Dan seperti biasa, melalui Jo, Louisa May Alcott menyuarakan peranan perempuan yang kala itu termarjinalkan. Fyi, novel ini ditulis pada tahun 1880.
Jangan sembunyikan dirimu di dalam tempurung hanya karena kau perempuan.
Beth masih bergumul dengan penyakitnya. Kian hari bertambah lemah. Namun, Beth yang baik hati tidak mau tampak lemah dan merepotkan. Sampai di ujung usia, Beth menunjukkan ketegaran dan penerimaan yang membuat keluarga March lebih lapang merelakan kepergiannya. Kecuali Jo yang sangat terpukul.
Amy yang terkenal ambisius dan materialistis pergi menjelajah berkeliling Eropa bersama keluarga bibinya. Ia pun banyak belajar tentang kehidupan dan kelak menemukan pujaan hati.
Termasuk ke dalam sastra klasik, namun topik yang dibahas dalam Good Wives sangat relevan terutama bagi kaum perempuan.
Baca Juga :
Komentar
Posting Komentar