Langsung ke konten utama

Book Review : Man's Search for Meaning, Menemukan Makna Hidup dalam Penderitaan

   Foto Noura Books

Apa pun bisa dirampas dari manusia, kecuali satu : kebebasan terakhir seorang manusia - kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan, kebebasan untuk memilih jalannya sendiri 


Petikan kalimat di atas tak sembarangan dituliskan oleh Victor E. Frankl, ia menuliskan kisah kelamnya selama berada di  4 kamp konsentrasi Nazi yang berbeda, antara tahun 1942 sampai tahun 1945. 

Alih-alih mendramatisasi penderitaan yang ia alami , ia malah menyisipkan pesan-pesan optimisme dan bagaimana menemukan makna hidup. 

Pasti kamu bertanya-tanya, siapakah sosok Victor E.Frankl yang mampu mengubah hidup banyak
orang melalui tulisan-tulisannya ?

Ia adalah seorang neurolog dan psikiater Austria, korban Holocaust yang selamat. Sebenarnya, ia bisa terhindar dari kamp konsentrasi Nazi, tapi demi kedua orang tuanya, ia memutuskan membatalkan kepergiannya ke Amerika. September 1942, Frankl dan keluarganya ditahan, terpisah dari orang tua, saudara laki-laki, dan istrinya yang tengah hamil. Pada tahun 1945 ia dibebaskan dari kamp Turkheim, ia mendapati dirinya sebatang kara. 

Membayangkan itu saja sudah kadung membuat hati saya gerimis. Seketika saya teringat dua film bertema Holocaust yaitu ; The Pianist dan Beautiful Life. Mereka memiliki kesamaan bahwa penderitaan bisa mereka hadapi dengan kepala tegak. Bukannya runtuh menyerah kalah pada keadaan, mereka mengedepankan optimisme, yang membantu melewati segala penderitaan. 

Saya menemukan buku inspiratif ini tanpa sengaja. Belakangan demi menghemat pengeluaran namun tak melunturkan hastrat diri pada bacaan, pilihan jatuh pada ipusnas, aplikasi perpustakaan digital milik pemerintah. 

Kala itu, kondisi mental saya cukup terpukul, beberapa kekhawatiran menyergap, timbul pesimistis menghadapi situasi serba tak tentu. COVID-19 belum juga menunjukkan titik terang kapan akan berakhir ? Berita simpang siur. Siapa yang tidak akan gundah gulana ? Selain mengkhawatirkan keselamatan diri pada ganasnya virus, keuangan pun terancam. Dari mulai dirumahkan sampai harus menelan pil pahit berupa realitas hidup. 

Lantas, mulailah playing victim. Menyalahkan keadaan. Yaa, gpp juga sih sesekali. Pertanyaannya, mau sampai kapan ? Hingga akhirnya saya seperti menemukan oase,  buku ini menawarkan perspektif baru, bahwa penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Tanpa penderitaan dan kematian, hidup manusia tidak sempurna. 

Tidak mengapa mengalami penderitaan. Tidak usah disangkal. Menurut Victor E.Frankl, jika seseorang ditakdirkan untuk hidup menderita, dia harus menerima penderitaan tersebut sebagai tugasnya, tugas yang tunggal dan unik. Tidak ada orang yang bisa mengurangi atau menanggung penderitaannya. Namun, dengan catatan jangan menderita karena alasan sepele, seperti galau akut  karena falling in love with people we can't have, itu sama saja menyakiti diri.

Ia menekankan kitalah yang tentukan sendiri apakah akan menyerah atau berjuang mengatasi kondisi yang dihadapi. Manusia tidak sekadar hidup, tetapi dia selalu memutuskan bentuk hidup yang akan dijalaninya, menjadi apa dirinya pada detik berikutnya. 

Nyatanya keberanian tidak melulu berpatok ketika harus beradu fisik dengan musuh, menghadapi seluruh penderitaan pun butuh keberanian. Berani meminimalkan perasaan lemah serta takut. Meneteskan air mata bukanlah pertanda lemah. Air mata merupakan simbol keberanian paling besar, berani untuk menderita. Jadi, tidak usah malu untuk menangis. 

Segala sesuatu yang tidak membunuhku, membuatku jadi lebih kuat - Nietzsche

Hanya satu hal yang kutakutkan, aku tidak cukup layak untuk penderitaan ini - Dostoevski


Victor E.Frankl  melalui teori Logoterapi, yang diambil dari bahasa Yunani, Logos yaitu makna. Proses Logoterapi, melalui karya, tindakan, pengalaman, kala mencintai seseorang, bahkan kala diliputi nestapa. 

Tak lupa, ia menuliskan pentingnya optimisme. Sikap ini memungkinkan manusia mengubah penderitaan menjadi keberhasilan dan sukses, rasa bersalah sebagai kesempatan perbaikan diri, serta dorongan bertindak penuh tanggung-jawab. 

Kalau kamu masih bertanya-tanya tentang makna hidup atau butuh perspektif lain atau setidaknya butuh penyemangat diri , buku Man's Search for meaning memenuhi itu semua.

Judul : Man's Search for Meaning
Penulis : Victor E.Frankl
Penerbit : Noura Books (Mizan Publika)
Genre : Non-fiksi, Psikologi 
Baca di Aplikasi ipusnas 
Rating : 🌟🌟🌟🌟

Selamat membaca dan salam Literasi !!!

                            🙏 

Baca Juga : 

Komentar

Popular Posts

Rambut Rontok Berkurang dengan Mustika Ratu Hair Oil Cem ceman

Mustika Ratu Hair Oil cemceman Buatku 2020  tahun paling absurd, aneh,  menjengkelkan, menyulut cemas, serta hari depan mengabur. Sekadar berharap malah ketar-ketir. Virus  Corona   sekeparat itu, banyak korban berjatuhan, banyak nyawa melayang sia-sia, ekonomi pun tergerus. Termasuk aku di antara sekian juta yang ikut merasakan imbasnya. Muncul pikiran aneh yang ujung-ujungnya overthinking , mempengaruhi mood, berefek ke rambutku yang sempat mengalami kerontokan . Kalau sehelai 2 helai gak masalah, yang bikin saya panik dan hampir senewen, kerontokan rambutku sudah masuk tahap tidak wajar. Rambut rontokku menginvasi mulai dari lantai ruang tamu sampai kamar mandi. Setiap kali nyisir atau pegang rambut gak pernah gak rontok. Sesekali wajar, tapi hampir setiap waktu, kebayang gak seberapa menipisnya rambut di kepala.  Mulailah aku  Googling produk perawatan rambut rontok,dan menemukan   Mustika Ratu   Hair Oil   Cem ceman , yang banyak direkomendasikan. Terbuat dari minyak

Renungan Awal Januari

Aku ingat dengan jelas euphoria yang melingkupi perasaanku saat tahu liburan sudah di depan mata. Yang artinya, aku diberikan jeda meski tak lama dari kebisingan dan hiruk-pikuk tempatku bekerja. Jangan bayangkan kalau aku akan dengan semangat menyusun rencana-rencana seru menyambut momen liburan. Aku belum dan tak terpikir ingin traveling. Atau mengunjungi teman lama sekadar berbagi kisah.  Pexels   Satu-satunya rencana liburan yang menyenangkan menurutku melakoni hidup yang santai, tanpa huru-hara, aku bisa bangun di pagi hari dengan tenang. Tanpa perlu memikirkan apakah aku sudah bangun tepat waktu ? Aku dilingkupi perasaan yang cukup damai. Aku menyesap kopi hitam hangat dengan tanpa ketergesa-gesaan. Setiap sesapan kopi kuhirup tanpa ambil pusing dengan apa yang mungkin akan terjadi dalam hidup.  Tampak tidak antusias dan ambisius. Sepertinya begitulah caraku bertahan dan tetap punya pandangan tidak sinis pada hidup. Karena, biasanya, aku susah mengendalikan pikiran un

Keseruan Wardah Days Out Goes to Bukittinggi

Saya cukup sering dapat pertanyaan, kenapa masih betah bertahan dengan pekerjaan yang sama? Apa tidak bosan dan jenuh? Nggak ,karena kerjaannya dibayar. Meskipun, nominalnya tak berlimpah, tapi cukup untuk hidup. Bisa nabung dikit-dikit. Bisa self reward dengan beli buku tiap bulan dan makan enak sekali sebulan. Termasuk ikut event seru yang diadain sama Wardah Beauty Padang. Nikmat Tuhan mana lagi yang hendak hamba dustakan ?? Hehe  Lagi bosan dan pengen have fun eeh tanpa sengaja saya nemu info event Wardah Days Out Goes to Bukittinggi di Instagram Tanggal Merah Coffee & Eatery. Challenge-nya menarik seperti touch up with bestie, healing wall, remember me dan fun clay workshop. Untuk ikutan, perlu registrasi dan ada dua pilihan mau HTM-nya 45K atau 25K.  Foto: Instagram Tanggal Merah Kalau saya milih yang HTM 45K. Lumayan dapat free Coffee dari Tanggal Merah Coffee & Eatery, produk Wardah worth to 105k (Wardah colorfit cream blush, Wardah lightening fr

Pergi Baralek with Receh Squad

Saya bersyukur program sekolah 5 hari di kota Bukittinggi masih dilanjutkan. Walau pun, harus berangkat pagi pulang kerja kesorean pake banget, dan pasti lelahnya double kill. Tapi, rapopo, yang penting Sabtu nggak masuk kerja. Bisa jeda sejenak. Horeee ...  Pergi Baralek with Receh Squad  Apakah semua introvert paling males diajak hangout atau minimal ketemuan bentar saat weekend ? Atau karena sudah lelah berjibaku dengan kerjaan yang sangat menguras mental dan energi, kita jadi milih diem dan gak kepengen kemana-mana. Atau direcokin.  Sabtu ini, saya tak dapat sepenuhnya terlepas dari bersinggungan dengan manusia. Hadeuuuh .... Hamba lelah ... Mau diam saja di rumah ( teriak dalam hati)  Jadwal Sabtu ini sebagai makhluk sosial bakal pergi Baralek a.k.a kondangan. Ada teman yang gak dekat-dekat banget tapi yang namanya tuntutan sebagai makhluk sosial, mau tidak mau hamba mengalah. Itu pun karena perginya bareng Receh Squad.  Minus Putri, yang tidak tahu kenapa, berhalangan

Review Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar - Tere Liye

Hampir 6 tahun lamanya, saya memutuskan berhenti membaca buku-buku karya Tere Liye . Bukan karena karyanya jelek. Melainkan, saya ingin eksplorasi karya penulis lain. Rasanya, hidup terlalu singkat, bila hanya dihabiskan membaca satu karya penulis saja. Mulailah saya bertualang dan mengoleksi berbagai buku yang menarik perhatian dan memperkaya wawasan dan sudut pandang.  Hingga suatu hari, terbitlah novel karya Tere Liye yang berjudul Teruslah Bodoh Jangan Pintar. Novel yang rilis tanggal 1 Februari 2024 bertepatan dengan suasana menjelang pemilu.  Jujur, saya sama sekali belum tertarik untuk membeli. Sekadar saya lirik di akun IG Tere Liye. Sampai saya ke-trigger oleh twit dari Ernest Prakasa yang memposting novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar karya Tere Liye. Kaget dan nggak nyangka ! Ernest Prakasa baca novel Tere Liye !!!! Review-nya ini novel yang sungguh berani. Terlalu berani. Salut .  Saya pun penasaran. Apakah novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar akan sekeren novel Ne

Buku Filosofi Teras, Mental Tangguh Menghadapi Dinamika Hidup

Apa kabar ? Masihkah semangatmu nyala? Atau terendap dalam kubangan emosi negatif ? Kenalan yuk sama buku filosofi teras , siapa tahu dengan membaca buku ini bisa mengubah persepsimu tentang musibah yang kamu alami serta emosi negatif yang belum mampu dikendalikan seperti rasa cemas, khawatir hingga depresi.  Judul Buku : Filosofi Teras Penulis : Henry Manampiring Penerbit : Kompas  Terbit : Tahun 2018 Jumlah: 344 halaman Rating 🌟🌟🌟🌟 Baca melalui iPusnas Ternyata, sumber itu semua letaknya di pikiran kita. Kebiasaan kita yang suka mendramatisir kesedihan dan berlarut-larut di di dalamnya, memicu emosi negatif, yang bikin hidup tidak tenang. Kita senantiasa dirong-rong oleh kekhawatiran yang kita ciptakan sendiri. Padahal, belum tentu terbukti juga, kan ? Some things are up to us, some things are not up to us - Epictetus Karena itu, melalui buku  Filosofi Teras, Om Piring sapaan akrab penulis, menganjurkan kita harus mencoba belajar mengendalikan pikiran melalui dikotomi