Dear World - Bana Alabed foto : Gramedia Penulis : Bana Alabed Baca melalui iPusnas |
Kisah cinta dan keberanian di tengah kebrutalan dan teror ; inilah kesaksian seorang anak yang telah mengalami hal yang tak terbayangkan - J.K. Rowling
Nama besar penulis J.K. Rowling merupakan magnet yang menarikku untuk membaca lembaran demi lembaran kisah Bana Alabed, seorang bocah korban perang dari Suriah. Bana dan ibunya, Fatemah secara bergantian menuturkan apa yang mereka alami kala itu. Hati siapa yang tak ikutan gerimis, meski jarak demikian jauh, nurani sebagai sesama manusia bertaut, saya terlarut dalam kisahnya. Sebuah kisah yang mampu hangatkan kalbu, mengingatkan diri untuk selalu berucap syukur serta mendaraskan doa-doa baik bagi saudara kita yang masih terlibat konflik, yang tercerabut paksa dari tanah airnya, harus kehilangan anggota keluarga, dan berbagai peristiwa menyedihkan lainnya.
Bana Alabed, masih belia, usianya 7 tahun, dalam rentang usia sesingkat itu, ia sudah menyaksikan kematian dan kehancuran, seakan saru dengan arti dibalik namanya, Bana berarti pohon dalam bahasa Arab, sebuah nama yang kuat serta berani. Melampaui anak-anak seusianya, ia diberkahi dengan jiwa yang bijak.
Ibunya bernama Fatemah, seorang guru bahasa Inggris, dan Ayahnya seorang pengacara bernama Ghassan. Bana memiliki dua adik laki-laki yaitu, Mohammed dan Noor. Bana dan keluarga besarnya tinggal berdekatan di Aleppo Timur, yang menjadi lokasi sasaran bom silih berganti. Dari situ, Bana mengenali perbedaan jenis bom melalui suaranya, seperti suara desing yang panjang seperti siulan lalu bum besar, suara derum mesin mobil lalu dor-dor-dor sepanjang jalan, diam nyaris tidak ada suara ; lalu ketika datang, bom itu akan menyala di langit dengan warna kuning, yang paling parah Bom Kaporit ; ketika di udara Kaporit menyengat mata, tanpa sadar akan terus mengeluarkan air mata.
Atau menemukan trik lain bagaimana jika bom jatuh, kalau bom yang jatuh itu jauh, larilah ke kamar yang tak berjendela, sementara jika bom itu dekat, bergegaslah ke ruang bawah tanah.
Bana beradaptasi dengan baik, ketika kedua orang tuanya bekerja, ia secara sukarela menjaga kedua adiknya, mengajari mereka, serta menjadi perisai kala ibu dan baba tak bersama mereka. Ia pun tak banyak tingkah, suatu hari keluarga mereka dan penghuni lainnya harus bersembunyi menyelamatkan diri di ruangan bawah tanah, kedinginan dan dilanda kelaparan, alih-alih merengek, ia belajar menahan diri dan berucap ia baik-baik saja demi menghalau cemas sang ibu.
Hidup terkadang menguji batas kekuatan hati. Kematian sahabatnya akibat bom merupakan pukulan telak bagi Bana. Ia mulai memikirkan seperti apa rasanya mati ? Ia dihinggapi perasaan takut kehilangan anggota keluarganya hingga yang paling buruk membayangkan seandainya ia dan keluarganya bisa mati bersama. Tentu tidak perlu ada orang yang harus kehilangan dan merindukan siapa pun.
Melihat kondisinya itu, tepat pada hari ulang tahun yang ketujuh Babanya memberikan hadiah sebuah iPad bekas. Selama 3 bulan diblokade, melalui iPad ia bisa berkomunikasi dengan keluarga dari jauh, sekadar bertukar kabar sedikit mampu mengobati kesedihannya. Namun, ia ingin melakukan sesuatu, ia pun menuliskan pesan di Twitter " I Need Peace - aku membutuhkan perdamaian". Tak lupa ia juga mengambil banyak foto dan video agar dunia bisa melihat apa yang sedang terjadi di Suriah.
Segera pesan itu ditanggapi jutaan pengguna Twitter di seluruh dunia, Bana mendapatkan banyak dukungan serta tentunya bantuan luar biasa dari pemerintah Turki, yang berhasil mengevakuasi mereka dengan selamat.
Rupanya, cuitan Banalah yang menjadi penyebab, kenapa ia dan keluarganya diburu oleh rezim, mereka tidak menyukai keterlibatan Bana yang aktif memohon adanya perdamaian dan seruan berakhirnya konflik.
Membaca kisah Bana sampai halaman terakhir, seketika sel-sel otakku seolah memutar cuplikan video Michael Jackson - Heal The World.
Heal the world
Make it a better place
For you and for me
And the entire human race
There are people dying
If you care enough for the living
Make it a better placeFor you and for me
Tanpa terasa air mataku merebak, tak mampu kutahan laju buliran air mata. Terbayang kengerian serta kesulitan yang harus mereka hadapi. Sungguh berat meninggalkan tanah air, kehidupan yang kita kenal, memulai dari awal lagi. Semoga Tuhan senantiasa melindungi para pengungsi di mana pun mereka berada serta diberi kekokohan jiwa. Kuharap semua duka serta luka berganti sukacita dan mungkin terdengar naif, suatu ketika yang entah kapan semoga dan semoga tak ada yang namanya perang.
Lewat Tagar #StandWithAleppo Bana Alabed serukan pesan perdamaian Foto : Google |
Baca Juga :
- Book Review : Man's Search for Meaning, Menemukan Makna Hidup Dalam Penderitaan
- Book Review : Good Wives
- Review Novel : LITTLE WOMEN
Bana Alabed dan keluarganya bertemu dengan presiden Turki, Erdogan. Foto : Google |
Komentar
Posting Komentar