Langsung ke konten utama

Postingan

Refleksi Akhir Pekan

Andai boleh mengajukan sedikit pemintaan, maka saya menginginkan laju waktu yang tak pesat. Perlahan-lahan agar momen kebersamaan dengan diri bisa diresapi leluasa. 2 hari bahkan tetap terasa kurang, saya butuh waktu berhari-hari, berjeda sejenak, menjauh dari kebisingan dan keruwetan yang sudah mencapai ambang batas. Sedikit saja sudah mendekati titik batas toleransiku.  Betapa diri ini merindukan ketenangan, tak bersinggungan dengan makhluk lain selain saya dan diri sendiri. Bertenang. Meresapi tarikan napas setenang-tenangnya. Dapat bercengkrama selama yang saya mau dengan diri. Merefleksikan hari ke hari yang dilalui.  Saya tak butuh perjalanan menjelajah ke negeri antah berantah. Saya merasa cukup dengan duduk hening, dapat berpikir tenang, menulis isi hati tanpa tekanan, sesekali ikut bersenandung seiring lantunan suara penyanyi kesayangan.  Akhir pekan tak harus kemana, cukup kembali ke dalam diri, bercengkrama, memeluk diri sambil berbisik menyemangati, kamu sudah

Review Buku The Geography Of Love : Keliling Dunia Mencari Makna Cinta

Buku The Geography Of Love gak pernah masuk ke dalam list bacaan saya. Semua terjadi tiba-tiba, begitu saja tanpa terduga. Asiiiik ... Identitas Buku Judul Buku : The Geography Of Love Penulis : Peter Theisen Penerjemah : Amanda Clara Penerbit : Qanita Tahun Terbit : 2016 Tebal Buku : 397 halaman Baca Melalui iPusnas Rating : 🌟🌟🌟🌟 Terkadang, saya menerapkan cara random dalam memilih bacaan. Nggak perlu cari tahu siapa penulisnya. Nggak kenal seperti apa bukunya. Yang penting download e-booknya via iPusnas. Silakan nikmati pengalaman membaca tanpa baca review, dan nyatanya cara random saya kali ini  gak mengecewakan. Justru, saya mendapatkan pengalaman menyenangkan selama membaca pengalaman Peter Thiensen keliling dunia.  Satu-satunya penulis perjalanan yang saya suka adalah Mas Agustinus Wibowo. Jadi, saya cukup berharap Peter Theisen seenggaknya akan punya cara bercerita ala Mas Agustinus Wibowo, penulis perjalanan favoritku. Tinggi sekali ekspektasi saya, hehe  Peter

[FOOD] Nyobain Makanan Korea ala Mr Daebak

Selama Pandemi ini saya belajar menahan diri. Keluar rumah sebatas belanja keperluan dapur. Bisa dibilang saya berusaha untuk gak boros. Karena ke depan masih abu-abu.  Mr Daebak Bukittinggi  foto :  MizzYani Tapi, sesekali boleh dong. Itung-itung bentuk penghargaan dan tanda sayang ke diri sendiri karena gak bandel dan tiap keluar pasti pakai masker.  Saya pun janjian dengan Dona, rekan kerja yang biasanya rutin ketemu. Semenjak Coronces muncul, berbulan-bulan tak pernah lagi bersua namun tetap bertukar cerita dan saling menguatkan via WhatsApp.  Melihat situasi yang sudah lumayan kondusif, di pertengahan November, kami sepakat mengatur janji temu.  Omong-omong tentang tempat makan, kami berdua bukan tipikal anak nongkrong. Butuh pertimbangan hingga 7 purnama terutama Dona. Anaknya lebih tahan banting sementara saya  agak labil dan terkadang impulsif. Meski lepas kontrol kayak gini tuh jarang.  Kali ini, saya berhasil ngajak Dona nongki cantik ke Mr Daebak , resto yang khu

Review Buku : Terusir - Buya Hamka

Lumayan lama gak up-date review buku , padahal baca buku jalan terus. Mood nge-review bukunya yang terkadang ambekan. Semua bahan sudah siap, eksekusinya ini loh ckckck Parah beut diriku. Kamu pernah ngalamin  kayak gini juga gak sih ?   Judul : Terusir  Penulis : Buya Hamka Genre : Non-fiksi, Novel Roman Penerbit : Gema Insani Tahun Terbit : 2016 Tebal Buku : 142 halaman  Baca di : iPusnas Rating : 🌟🌟🌟🌟 Kali ini saya mau review buku Terusir karya Buya Hamka. Pasti kamu sudah familiar dengan nama beliau yah. Selain dikenal sebagai ulama kharismatik, beliau juga aktif menulis salah satunya kisah roman. Ada 2 novel beliau yang sangat fenomenal seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka'bah. Kedua novel ini pernah difilmkan dan mendulang sukses.  Buya Hamka piawai meramu kisah pahitnya realitas kehidupan yang seringnya berakhir tragis. Melalui karyanya beliau kerap mengkritisi tradisi adat dan perilaku masyarakat yang dianggapnya menyimpang. 

Hatimu Bara Api

Telaga tertancap pada muara hatinya, pernah gemuruh menerpa, namun tak sempat hasilkan gelombang, hanya riak di tepiannya.  Nun di seberang sana, hatimu bara api, entah sampai kapan ?  Ia melupa, engkau gigih mengingat Ia lapang, hatimu penuh sekat Tak tahu bagaimana leluasa melepas  Di hatimu penuh bara yang gigih kau ikat  Bagimu, lukamu lebih utama Kau lupa, kata-katamu bagai bara dalam sekam Ia pun sama adanya denganmu Punya hati serapuh adanya hatimu  Jadi, setelah kata-kata tajam penuh bara ditujukan padamu, bukankah perih ?  Kau melihat lukamu saja, kau lupa seberapa dalam kata-katamu tajam mencipta luka

Pengalaman Nyobain Lampu Pintar Bardi yang Dapat Berubah Warna Serta Hemat Energi

Tanpa terasa sudah di penghujung tahun 202O saja. Kamu sudah bikin resolusi apa ? Kalau saya resolusinya konsisten nge-blog di smartphone . Alhamdulillah , berkat nge-blog di smartphone saya berkesempatan nyobain Lampu Pintar Bardi 9W-RGBWW  dan Smart IR Remote 10M-BLK , dua produk unggulan Smart Home yang bisa dikontrol melalui aplikasi smartphone selama ada koneksi Wi-Fi/Hotspot.  Lampu Pintar Bardi - MizzYani Sebagai manusia gaptek, saya cukup berdebar-debar, bisa gak yah menggunakannya ? Ternyata, setelah dicoba gampang banget.  Seperti apa pengalaman manusia gaptek nyobain teknologi canggih Bardi ?  Kali ini, saya akan review 2 produk unggulan Bardi Smart Home, yaitu Lampu Pintar 9W-RGBWW dan sebuah remot IR 10M-BLK.   Review Lampu Pintar Bardi (Smart Light Blurb) 9W-RGBWW  Mungkin, masih banyak dari kamu yang belum begitu  familiar dengan lampu pintar dan bertanya-tanya apa itu lampu pintar ? Apa perbedaan dan kelebihan lampu pintar dibanding lampu pijar yang biasa kamu gun

Pandemi Sebagai Titik Balik

Terkadang, butuh sebuah momen untuk kembali menyadarkan diri pada cita-cita semula, terutama buatku. Berkali-kali kepengen menulis, ujung-ujungnya sekadar wacana semata. Di luar dugaan, ternyata Pandemi sebagai titik balik hidup   Selama ini, saya berlindung dibalik kesibukan, gak punya waktu hingga keraguan pada kualitas tulisan sendiri. Kira-kira tulisanku ada yang baca nggak yah? Atau, seandainya dapet kritikan pedas, mentalku siap nggak? Dan berbagai pikiran negatif lainnya yang menghambatku untuk menulis. Hingga, seperti yang disebutkan di atas, yang kubutuhkan sebuah momen kesadaran, dan momen itu berupa serangan Pandemi yang berlangsung hampir sepanjang tahun 2020.  Sungguh tahun tergila, paling absurd dan melelahkan. Begitu banyak hal yang mengaduk-aduk jiwa serta menguji ketahanan diri. Sempat insecure tapi ajaibnya menulis mengembalikan kepercayaan diri dan keberanianku lagi.  Akhir September, saya melirik blog yang sudah bertahun-tahun terbengkalai. Saya baca