Buku The Geography Of Love gak pernah masuk ke dalam list bacaan saya. Semua terjadi tiba-tiba, begitu saja tanpa terduga. Asiiiik ...
Terkadang, saya menerapkan cara random dalam memilih bacaan. Nggak perlu cari tahu siapa penulisnya. Nggak kenal seperti apa bukunya. Yang penting download e-booknya via iPusnas. Silakan nikmati pengalaman membaca tanpa baca review, dan nyatanya cara random saya kali ini gak mengecewakan. Justru, saya mendapatkan pengalaman menyenangkan selama membaca pengalaman Peter Thiensen keliling dunia.
Satu-satunya penulis perjalanan yang saya suka adalah Mas Agustinus Wibowo. Jadi, saya cukup berharap Peter Theisen seenggaknya akan punya cara bercerita ala Mas Agustinus Wibowo, penulis perjalanan favoritku. Tinggi sekali ekspektasi saya, hehe
Peter Thiensen menjawab keraguan-raguan saya dengan menyuguhkan kisah perjalanan yang sangat berbobot. Tak salah, karena dia merupakan lulusan Etnologi yang fasih berbicara dalam 4 bahasa, Inggris, Spanyol, Prancis, dan Swahili.
Sinopsis The Geography Of Love
Berangkat, dari pertanyaanya tentang apa itu cinta ? Benarkah makna setiap cinta sama saja atau berbeda ? Peter Theisen pun berkeliling ke beberapa negara dengan tradisi budayanya yang unik. Di negara Georgia, masih ditemukan tradisi penculikan calon pengantin. Di Kolombia ia menyaksikan sebuah fenomena ilusi kecantikan wanita dan kuatnya pengaruh Machoisme. Di benua Afrika tepatnya, negara Zanzibar, yang 98 persen penduduknya beragama Islam, ia justru dimuliakan. Di Indonesia yaitu di Sumatera Barat, ia berdecak kagum pada sistem Matrilineal. Dan di Polinesia, ia merasakan pengalaman tidak terduga.
Review Buku The Geography Of Love
Perjalanan seharusnya membuat kita belajar sesuatu dari tempat yang kita kunjungi. Ada kisah yang kita bawa pulang. Bukan sekadar jeprat-jepret narsis tapi giliran ditanya seluk beluk tentang tempatnya, malah gak tahu sama sekali. Banyak kan nemu yang kayak gini ? Hehe
Bagiku judulnya tidak meyakinkan, hampir membuatku menyesal, tapi setelah kubuka bukunya dan membaca kisah Peter Theisen, saya pun terlarut. Betah sampai akhir. Malah bela-belain begadang saking penasaran dengan petualangan Peter Keliling dunia mencari makna cinta.
Pandangan Peter Thiensen tentang Perempuan
Tidak semua tradisi menguntungkan perempuan. Di Georgia, hati saya terenyuh, miris demi menyadari begitu burukny dampak tradisi penculikan calon pengantin. Perempuan diculik, dipaksa, dilecehkan, serta kehilangan keperawanannya. Tak bisa memilih dan menentukan nasibnya, hanya bisa pasrah.
Yang bikin kesal, dengan kondisi demikian , pria di Georgia sangat menuntut keperawanan. Alhasil, klinik selaput dara sangat diminati terutama bagi korban penculikan calon pengantin.
Semua demi memenuhi tuntutan kaum pria. What the hell !!!
Lagi-lagi, di Kolombia, perempuan berlomba-lomba melakukan operasi anggota tubuh tertentu demi menyenangkan kaum Adam. Perempuan bagai objek saja. Hal yang dikeluhkan Peter Thiensen, kenapa tidak mencintai dirimu apa adanya ?
Bagian menarik, ketika Peter Theisen mendebat Mery, guidenya selama di Sumatera Barat. Di beberapa kesempatan, Mery menunjukkan sikap tidak bersahabat dan memandang rendah perempuan yang tidak mengenakan jilbab. Menurutnya, jilbab akan menghindarkan perempuan dari pelecehan.
Tidakkah kau berpikir bahwa itu semua adalah masalah para pria? Tidakkah kau berpikir bahwa seorang pria juga bisa menghargai seseorang wanita walaupun dia tidak mengenakan kerudung? Masalahnya justru terletak dalam kepala para pria? Dan, merekalah yang mengharuskanmu mengenakan kerudung.
Nggak bisa gak sepakat. Bukan berarti saya kebarat-baratan. Sebagai perempuan yang mengenakan jilbab, nyatanya saya masih saja mengalami pelecehan. Artinya, yang bermasalah itu di laki-laki bukan perempuan. Laki-laki harusnya ditanamkan ke dalam benaknya untuk menghargai perempuan.
Cukup terganggu dengan sikap Mery yang tidak simpatik dan menghargai pilihan perempuan lain. Hanya karena mereka berbeda tak berarti kita menilai diri paling tinggi dan merendahkan yang lain. Dalam Islam wajib hukumnya mengenakan jilbab, tapi tak lantas tajam lidah kita menghina perempuan yang masih belum mengenakan jilbab. Semua butuh proses. Untuk sampai pada pemahaman itu jalannya berliku, tidak sama. Mungkin sekarang masih belum tapi suatu saat Insya Allah.
Tempat yang paling berkesan
Ketika ditanya manakah dari kelima tempat yang paling ia sukai. Peter Theisen menjawab Sumatera Barat. Keramahan masyarakat minang serta kentalnya Matrilineal yang memihak perempuan membuatnya terpukau. Sebuah perjalanan yang ingin ia ulangi di lain waktu.
Quote Favorit
Kita seharusnya menjaga sisi kemanusiaan kita dengan menghargai sesama dan belajar lagi bersikap tulus. Merasakan dan mengalami cinta. Karena jika cinta telah hilang, apa gunanya uang ?
Kehidupan manusia tidak akan pernah cukup untuk mempelajari cinta. Aku bisa saja melakukan perjalanan selama 10 tahun, tapi tetap pertanyaanku lebih banyak daripada jawabannya.
Kesimpulan
Harus banget baca buku The Geography Of Love. Bertualang keliling dunia sambil belajar memahami makna cinta itu sendiri. Cinta terhadap budaya, agama, tanah air dan terutama cinta pada sesama perempuan yang masih mengalami penindasan.
Kadang, baca buku itu nggak melulu harus tau penulisnya. Ketika ke-ramdom-an datang dan tertarik sama sinopsis atau judulnya, pilihan itu gak pernah salah heheh.. Review-nya menarik, jadi pengen baca bukunya. Makasih sudah menambah buku rokendasi buat dibaca tahun ini :)
BalasHapusSama halnya kalo traveling yah kak sesekali bolehlah gak pake peta. Eits ...
HapusMakasih sudah mampir ya kak Vindri 😁
Buku yang bagus buat di baca nih
BalasHapusHappy Reading Mayuf t
Hapusbagus memang
BalasHapusdengan menyambangi negara lain maka akan dijumpai pula adat kebiasaan baru yang mungkin di tempat lainnya terdengar aneh..tapi malah biasanya kita jadi tau filosofi filosofinya..dan itu yang membuat otak kita terus terisi berbagai macam pandangan..menarik sih..terlebih ini banyak menyangkut tentang esensi wanita ya..trutama yang hal hal unik di 4 negara berbeda sebagai examplenya di atas
Sebuah pengalaman membaca yang penuh gizi, cukup dengan buka buku, kita serasa ikut tualang ke berbagai negara yang dikunjungi si Penulis.
HapusHaloo mbak, nampaknya bukunya menarik nih. Saya kira tadi buku tentang geografi, buku tentang alam, benua, pulau, dsb. ternyaata bukann ya hehe
BalasHapusHalo Mas Dodo ...
HapusKok samaan yah ? Saya awalnya juga mikir ini buku tentang geografi loh. Berarti bener, don't judge a book by It's cover, harus dibaca dulu hehe ...
Bukunya menarik kok Mas dan gak berat.
Aku belum baca bukunya Peter theisen ini Mbak Yani, tapi sepertinya menarik ya melihat ia keliling dunia, dari Georgia, Kolombia, sampai Sumatra barat.
BalasHapusSangat menarik Mas Agus. Peter Thiensen menceritakan kisah perjalanannya dengan jenaka. Jadi, gak bosen. Trus, dapat insight baru juga
Hapus