Hai teman-teman ... Tanpa terasa Ramadan akan segera meninggalkan kita ? Sedih nyess hati ini. Ibadah rasanya belum begitu maksimal. Semoga masih diberi kesempatan bersua di Ramadan selanjutnya.
Terus terang, setahun belakangan, kita dihadapkan pada situasi sama peliknya, kehidupan kita berubah, mau tak mau kita pun belajar beradaptasi untuk bertahan di tengah kecamuk Pandemi. Mulanya, saya dan juga kita semua berpikir virus coronces hanya mampir sebentar, paling dalam hitungan bulan pasti berlalu. Namun, tragisnya, virus ini berubah menakutkan, mengancam kehidupan kita setiap saat. Sampai Ramadan yang seharusnya semarak dan jadi ajang silaturahmi dengan keluarga dan teman-teman lama harus kita lalui dalam suasana duka.
Sedih rasanya ketika kita tak lagi leluasa melaksanakan sholat tarawih di masjid, saling sapa dengan jamaah lain yang mungkin di hari lain tak sempat bersua atau sekadar bertegur sapa. Keakraban itu tercerabut. Masing-masing kita mencoba melindungi diri dengan tetap berdiam di rumah. Saking sapa lewat virtual. Tapi, tetap saja kurang.
Ramadan dan Pandemi, dua kata yang begitu akrab dan tak lagi membuat kita terkaget-kaget. Adaptasi di tahun pertama Pandemi membuat kita lebih tangguh. Siap untuk segala kemungkinan. Menu berbuka tidak berlebihan. Bukan penggemar takjil. Yang terpenting masih diberi kesempatan berbuka puasa bersama Papa tersayang.
Terhitung, ini tahun kedua saya tidak merasakan kebagian THR lagi, huhu .. Sedih sih tidak. Yang namanya rejeki pasti selalu ada. Meski mungkin nominalnya tidak sebanyak sebelum Pandemi menyapa. Tapi, disyukuri saja.
Pandemi tak membuat gentar meski sempat buat semesta bergetar. Ramadan datang bawa kesadaran bahwa hidup harus lebih banyak bersyukur. Nikmat kesehatan, berkumpul bersama keluarga, masih ada makanan yang dapat disantap tak harus berlebih tapi ada, dan terutama dapat beribadah dengan khusyuk selama Ramadan. Meski Pandemi merubah beberapa hal dalam hidup, ibadah Puasa tak berkurang satu jua pun.
Komentar
Posting Komentar