Manusia diciptakan sudah berbeda dari sononya. Mulai dari budaya, suku, warna kulit, hingga agama yang kita anut. Tapi, sayangnya, semakin ke sini, beda dikit aja bentrok. Bahkan, sereceh makan bubur ayam diaduk atau nggak, bisa berujung debat nggak penting. Iya, buat yang pikirannya cupet, susah menerima perbedaan, seremeh apa pun. Hoho ...
Nah, di Novel Kambing Dan Hujan kita diajak menengok betapa nggak asyiknya punya pikiran cupet alias sempit. Perbedaan cara pandang dalam beragama dan menjalankan ibadah nyatanya sanggup memisahkan dua sahabat karib, Fauzan dan Iskandar selama berpuluh-puluh tahun.
Identitas BukuJudul Buku : Kambing Dan Hujan
Penulis : Mahfud Ikhwan
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2015
Tebal Buku : 380 halaman
Baca buku : via iPusnas
Rating : 🌟🌟🌟🌟
Sinopsis Kambing Dan Hujan
Tiga setengah tahun menjalin kasih, Miftahul Abrar dan Fauziah mantap untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Namun, keinginan itu terhalang oleh perbedaan di antara mereka. Bukan perbedaan status sosial si kaya versus si miskin. Melainkan perbedaan ideologi dalam beragama yang menyebabkan pertikaian selama puluhan tahun.
Fyi, Miftahul Abrar merupakan putra dari tokoh pembaharu Masjid Utara yang dihormati, yaitu Pak Iskandar. Sedangkan, Fauziah adalah putri seorang tokoh terkemuka di Masjid Selatan, bernama Pak Fauzan. Kebayang kan bagaimana peliknya usaha mereka demi mendapat restu ?
Saking frustrasinya, Fauziah terpikir untuk kawin lari. Miftahul menolak. Ia membujuk Fauziah agar tak lekas putus asa, mereka harus mencoba lebih keras lagi.
Nah, dari situ terkuaklah rahasia besar bahwa dahulu Pak Fauzan dan Pak Iskandar bersahabat bahkan saling memanggil satu sama lain dengan sebutan saudara. Sayangnya, perbedaan paham ideologi menciptakan riak dalam persahabatan mereka. Salah paham makin merenggangkan hubungan keduanya hingga puluhan tahun.
Review Kambing Dan Hujan
Saya suka covernya yang nge-pop, itulah kenapa tanpa pikir panjang saya download e-book Kambing Dan Hujan via aplikasi IPusnas. Berhubung, bacaan lain sudah ngantri, Kambing Dan Hujan saya baca dengan setengah hati. Tau-tau, batas waktu peminjaman berakhir. Nyesel ? Nggak sama sekali. Hehe
Suatu hari, saya kebingungan harus baca apa. Rupanya, sebuah buku itu ibarat jodoh.Bacalah diwaktu yang tepat. Kalau maksa endingnya nggak baik. Rugi waktu tapi nggak paham satu pun apa yang telah kamu baca. Nah, begitulah hubungan yang tercipta antara saya dan novel Kambing Dan Hujan. Novel ini berhasil bikin mata saya terjaga hingga larut dan betah berlama-lama memandangi layar hape.
Sebenernya, tema yang diangkat dalam novel Kambing Dan Hujan termasuk serius. Tapi, kerennya, Mahfud Ikhwan sang penulis berhasil menyajikan tulisan yang ringan dan mudah dicerna. Berlatar kehidupan di dusun Centong, Tegal. Perbedaan menciptakan dua kubu , masjid Utara diwakili oleh Islam Modern, kaum pembaharu, yang ingin memperbaiki ketimpangan sesegera mungkin. Situasi ini memunculkan konflik dengan kubu masjid selatan dengan Islam tradisional. Yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran Islam Modern.
Quote Favoritku
Kalau maksudnya baik, tapi dilakukan dengan cara yang kurang baik, ujungnya akan tidak baik. Menyajikan kopi kepada tamu itu baik, tapi tentu saja jangan kamu menghidangkan dengan membentak. Apalagi dengan menyiramkannya ke muka. Itu cari musuh namanya.
Cara kadang tidak kalah pentingnya dengan tujuan.
Yang paling menyakitkan kalangan ulama dan pesantren, serta meresahkan masyarakat luas, orang-orang pembaru itu sangat mudah menyebut orang lain sebagai kafir, musyrik, atau sesat. Tuduhan lain yang paling sering mereka gunakan adalah bid'ah. Sedikit-sedikit bid'ah.
Jangan membongkar barang lama jika debunya membuat banyak orang terbatuk.
Ohya, POV di novel Kambing Dan Hujan ini harus dicermati baik-baik, POV-nya ganti-ganti. Meski sedikit tidak nyaman namun terus lanjutkan saja. Setelah terbiasa, kamu pun bakal terlarut dalam konflik yang sebenernya mengukir senyum di wajah. Karena sangat relate dengan keadaan sekarang.
Yang paling betah bukan kisah romansa Miftahul dan Fauzia melainkan persahabatan kedua orang tua mereka, aaah saya sampai berkaca-kaca saat mereka saling berkirim surat, berdebat, renggang karena perbedaan di antara mereka, hingga akhirnya berbaikan itu ditulis dengan sangat indah.
Dialog Pak Fauzan dan Pak Kandar
"Terus, bagaimana ini enaknya?"
"Kamu mau terima anak gadisku sebagai menantu, tidak?"
"Dari tadi siapa yang bilang tidak mau?"
"Tapi, dia shalat Shubuh pakai Qunut loh"
"Ah, itu urusan suaminya. Yang jadi imamnya, kan Mif"
"Ini mau besanan atau mau tengkar lagi"
"Yasudah, besanan saja tak apa"
Duh, Bromance yang bikin uwu haha ... Gengsi tapi sebenernya kangen banget pengen ngobrol lagi seperti dulu. Hehe ...
Tentunya, novel Kambing Dan Hujan - Mahfud Ikhwan sangat kurekomendasikan terutama dalam suasana Ramadan kali ini. Kisah sederhana namun punya dampak luar biasa, menyadarkan kita bahwa perbedaan itu rahmat bukannya jadi sumber perpecahan. Tak perlu meyakini segala sesuatu secara membabi-buta sehingga membuat kita sempit dalam berpikir, mengganggap orang lain keliru sampai lupa mengoreksi diri sendiri. Ada begitu banyak kemungkinan andai kita bersedia melapangkan hati dan terbuka terhadap hal-hal baru. Bicara dari ke hati dan kesampingkan ego merasa paling benar.
Siapa bilang membaca buku dan belajar sendiri tidak jelas gurunya? Memang mereka yang menulis buku itu tidak mencantumkan nama? Lagipula, meski tidak langsung, para penulis buku itu juga para guru kita.
Baca Juga :
Kok aku tertarik dengan persahabatan kedua orang tuanya. Percakapan sederhana seperti Shalat Subuh itu lho yang menggelitik. Jadi penasaran sama novelnya. Tapi, serius, tadi aku kira itu karya stand up comedian yang dulu juga terkenal dengan judul novel kayak gitu, eh ternyata Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan. Terima kasih referensinya Kak.
BalasHapusRaditya Dika yaa mbaa maksudnya ? Iya sih sama-sama ada Kambingnya haha
BalasHapusSaya malah mikirnya Kambing Dan Hujan itu berisi kisah konyol kayak Kambing Jantan. Gak taunya beda banget . Hehe
Bener mbaa, persahabatan kedua orang tua mereka uwu sekali ... Menggelitik sekaligus bikin haru
Makasih udah berkunjung yaa mba. Salam kenal yaa
akhirnya jadi besanan kah mereka? bromance yak...e anaknya malah jadi saling suka tapi terkendala restu ortu yang berbeda pandangan iddeologi agama...jadi ruwet di anak ya...wkwkwkw...
BalasHapusaku pun sama mba yani, kalau pas baca kesusu susu (keburu buru karena downlod di ipusnas trus tau tau esoknya habis waktu pinjamnya), berasa kayak ngawang aja mbacanya ...jadi ga dari hati hahhahah...makanya kudu bener bener nyari waktu yang lapang banget biar bisa menikmati baca buku akutuh sekarang. Eman kalau ida nyampe tengah malah kayak mau nyerah ga namatin ending hihi
Happy ending kok mbaa ...
HapusBromance kedua bapaknya uwu sekali hehe ...
Baca e-book gini agak susah fokus mbaa. Saya aja bacanya berulang-ulang.
Buku ini udah masuk wishlist aku mba. Judulnya unik, cover barunya juga lucu. Abis baca ulasan mba jadi pengen segera baca bukunya
BalasHapusHappy reading yaa mbaa ...
HapusMakasih kunjungannya 😁
Buku yang bagus ya mbak, jadi karena perbedaan ideologi jadinya kedua orang tua Miftahul Abrar dan Fauziah renggang.
BalasHapusMemang di kehidupan nyata kadang begitu mbak, yang satu pakai qunut, yang lain ngga jadinya tidak tegur sapa. Yang ini boleh tahlilan, satunya mengharamkan jadinya bertengkar. Duh, ngga ada habisnya ya.
Penulis berhasil menggambarkan riuh perbedaan dengan baik tapi gak bikin otak kita berat untuk mencerna maksudnya. Disajikan dengan tulisan yang ringan
Hapus