Saya teringat, ucapan Haraboji Sim Deok-Chul di drakor Navilerra, "sesuatu yang kausimpan lama bisa menumpul. Mulai saja. Paksakan saja meski kau belum siap". Seringkali, saya berlindung di balik kata tidak siap, belum siap atau belum waktunya hingga kemampuan berbahasa asing saya menguap begitu saja tertelan waktu.
Flashback ke jaman masih remaja, bahasa Inggris merupakan bahasa yang membuat saya rela mengorbankan waktu bermain. Begitu terlena saya pada tuturan bahasa yang sama sekali asing di kuping namun memiliki daya magis. Membuat saya kala itu bermimpi dengan menguasai bahasa asing saya bisa melihat dunia, tak sebatas tempat kedua kaki ini berpijak, dapat bersinggungan dengan budaya lain, ragam warna kulit. Yang saya tahu ketika itu, bahasa Inggris merupakan bahasa dunia, ia menjadi jembatan komunikasi antar negara dengan latar belakang yang berbeda.
Saya ingat dengan jelas, betapa luar biasanya semangat yang saya kerahkan ketika itu. Saya tetap bersikukuh ikut kursus bahasa Inggris di Brilliant, bukan hal mudah bila kamu adalah si pemalu dan si penggugup. Padahal, saya dan tiga teman akrab saya sudah sepakat ikut kursus bahasa Inggris di tempat itu. Entah kenapa mereka berubah pikiran. Saya sedikit gentar, ngeri membayangkan sendirian di kelilingi orang yang sama sekali asing tapi terlanjur bayar. Yasudah, jalani saja. Ternyata, keputusan saya tepat. Di tempat itu saya dipertemukan dengan instruktur bahasa Inggris yang luar biasa hebat, bahasa Inggris menjadi bahasa yang menyenangkan.
Akh, tapi menyedihkannya, sang nasib memutar arah hidup saya. Impian ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi terbentur. Selalu dan selalu. Namun, apakah itu menghentikan kecintaan saya pada bahasa Inggris ? Oh, tentu tidak.
Banyak jalan menuju Roma, bukan ? Nggak ada akar, rotan pun jadi. Owkay, saya nggak bisa atau belum bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Belajar toh bisa di mana pun juga. Paling-paling, gak dapet title sih. Hehe
Saya menyiasati situasi itu dengan rajin membaca artikel berbahasa Inggris, mendengarkan lagu berbahasa Inggris, atau memahami liriknya. Dengan begini, saya tetap terhubung dengan bahasa yang saya cintai ini.
Selain bahasa Inggris, saya juga memiliki ketertarikan pada bahasa Korea. Namanya juga bucin drama Korea, hampir setiap hari maraton nge-drakor. Secara tidak langsung, beberapa kata dalam bahasa Korea dapat saya pahami. Seru kali yaa suatu saat piawai berbahasa Korea trus gak butuh subtitle lagi tiap kali nge-drakor. Hehe ...
Agar kemampuan berbahasa Korea saya bertambah, mendengarkan lagu-lagu mereka sudah pasti saya lakukan. Meski lidah belibet tapi keseruan belajar sesuatu yang baru membuat saya tak berhenti mencoba dan menantang diri sendiri. Alhasil, bisa lah ikut nyanyi dengan bahasa Korea meski pun bagian chorus doang. Hihi
Pamungkas, lebih mendalami bahasa Arab. Wuiiih ... dari bocah ampe segede sekarang kemampuan bahasa arab saya masih belum berkembang sepesat bahasa Inggris. Miris sama diri sendiri.
Oh iya, saya sempat belajar bahasa Jepang loh di sekolahan. Cuma nggak lanjut, saya bukannya gak tertarik tapi maapkeun waktu itu cara gurunya mengajarkan bahasa Jepangnya yang gak menarik. Sel-sel di otak saya tiarap. Mending fokus ke bahasa Inggris. Hoho ...
Belajar bahasa asing itu perlu, dengan tidak melupakan bahasa sendiri, yaitu bahasa Indonesia. Dengan mempelajari bahasa Asing otak kita bakal terhindar dari kepikunan. Lupa-lupa dikit mah gpp tapi kalo pikun total, saya mah ogah. Yuuuk, mulai cintai otak kita, dengan mulai belajar bahasa asing. Gak mau pikun kan ? 😅
Setuju mbaa .. apalagi skrg banyak aplikasi belajar bahasa asing jadi berasa kaya main game
BalasHapusThanks to technologi yaa kak Adina. Belajar lebih mudah asal ada kemauan. Hihi
BalasHapusSalam kenal kak Adina. Terima Kasih sudah berkunjung.
Ngerasa ada temen wkwk bener sih kalau gak dipakai jadi hilang entah kemana itu si vocab
BalasHapus