Yang namanya libur itu penting banget loh. Nggak harus menjelajah ke tempat nan jauh, memiliki cukup me time merupakan libur yang perfecto buatku. Tetap berdiam di rumah adalah caraku memulihkan diri setelah 5 hari lamanya terpapar energi orang lain. Saya tuh anaknya gampang menyerap energi sekitar. Alhasil, setiap kali pulang ke rumah, jiwa raga pun babak belur. Terlalu banyak hal yang harus ditampung, maka saya lumayan kesal tiap kali ada yang merecoki jadwal libur saya di akhir pekan.
Entah mau dibilang introvert atau bukan, yang pasti saya gak akan segitu betah juga berlama-lama di rumah. Suatu kali, saya pasti merindukan deru perjalanan, percakapan dengan manusia lain. Menurut artikel yang pernah kubaca, para introvert memulihkan diri dengan berdiam di rumah, tak berinteraksi sejenak dengan manusia lain. Berdasarkan definisi ini, gak sepenuhnya juga sih berlaku buat saya. Terkadang, saya bakal naik kendaraan umum sendirian, berjalan-jalan sambil bermonolog dengan diri atau menyusuri pasar tradisional cukup membuatku happy.
Singkatnya ,cara saya menikmati libur bisa random, namanya juga gampang bosenan anaknya. Tapi, belakangan lebih memilih berdiam di rumah saat libur kerja. Weits ... Gak bosen ? Tentu tidak. Karena saya punya banyak kegiatan seru yang bisa dilakukan selama di rumah. Dijamin gak mati gaya hehe
Mengabdikan diri menjadi babu seutuhnya
Berangkat kerja dari pagi trus pulang menjelang senja, berasa mau rontok raga ini. Yup, setelah cuci muka, berganti pakaian, nemenin Papa makan malam, saya lebih memilih melelap. Makanya, saya gak punya energi berlebih untuk berbenah di rumah. Akhir pekan jadi waktu yang tepat jadi babu seutuhnya. Itung-itung sekalian olahraga. Rumah bersih, kalori pun terbakar, asiiik hehe
Menonton Drama Korea
Biasanya, saya cuma nonton satu sampai tiga episode karena gak punya waktu lebih. Itu pun masih disambi dengan aktivitas lain. Yah, nonton drama koreanya kadang di-skip-skip gitu. Yang penting udah nangkep jalan ceritanya . Toh, kalau gak kelar, bisa ditonton lagi kapan-kapan hehe
Mendengarkan Musik
Mungkin bawaan umur kali yah, kuping saya lebih nyaman dengerin musik yang gak terlalu berisik. Pokoknya, musik yang bikin semangat tapi gak heboh, musik yang menenangkan tapi gak membuatku bergalau-galau ria di sudut kamar.
Ngobrol sama Papa
Kesibukan kerap memangkas kebersamaan dengan orang terkasih. Tak jarang, tak sempat luangkan waktu hingga sesal mendera. Belajar dari banyak pengalaman serta kesadaran bahwa betapa begitu singkatnya sang waktu. Secapek apa pun saya bakal meluangkan waktu setengah jam setiap hari untuk ngobrol sama Papa. Mungkin sekadar bertanya apa kabar hari ini ? Papa ngapain aja ? Ketemu siapa? Percakapan sederhana yang masih akan terus kujaga.
Membaca Buku
Kecintaan saya terhadap buku tak pernah pudar. Hampa rasanya diri ini bila satu hari saja tak terasupi bacaan. Meski pun sudah tak sebebas dahulu, lelap kerap hadir, membaca buku adalah cinta yang terlanjur mendarah daging. Saya pasti memaksakan diri untuk membaca satu atau tiga halaman.
Menulis jurnal
Pandemi bawa kita pada situasi sulit, ketenangan pikir begitu sulit diraih . Berita-berita duka terpampang nyata. Putus asa mengemuka. Satu-satunya amunisi diri adalah memintal harap bahwa badai pasti berlalu. Dalam kondisi yang lumayan menyusahkan itu, menulis jurnal sangat ampuh menenangkan gemuruh yang hampir mengoyak pertahanan diri.
Komentar
Posting Komentar